Saturday, 25 April 2015

Makalah KALIMAT EFEKTIF

PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif merupakan kalimat yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan pada fikiran pembaca dan pendengar seperti apa yang ada pada pikiran penulis atau pembicara. Sebuah kalimat tergolong efektif jika mempunyai ciri-ciri kesepadanan struktur, keparalelan, kehematan, kecermatan, kepaduan, kevariasian dan kelogisan.

1.    Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat memiliki beberapa ciri sperti tercantum dibawah ini :
a.    Kalimat itu mempunyai subyek dan predikat yang jelas.
Ketidak jelasan subyek atau predikat  suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif kejelasan subyek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya didepan subyek.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah (benar)

b.    Tidak terdapat subyek yang ganda
            Contoh :
1)    Penyusunan laporan itu saya dibantu para dosen
2)    Soal itu saya kurang jelas.



Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
1)            Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen
2)            Soal itu bagi saya kurang jelas.

c.    Kata penghubung antar kalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh :
1)    kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
2)    Kakaknya membeli sepeda motor honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan 2 cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung kalimat menjadi ungkapan penghubung antar kalimat, sebagi berikut :

1)    Kami  datang agak terlambat. Oleh karena itu , kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
2)    Kakaknya membeli sepeda motor honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor suzuki.

d.    Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang".
Contoh:
1)    Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu.
2)    Sekolah kami yang terletak didepan bioskop gunting

Pebaikannya adalah sebagai berikut.

1)    Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu
2)    Sekolah kami terletak didepan bioskop gunting
2.    Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk prtama menggunakan nomina,bentuk kedua dan seterusnya  juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba , bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh :

a.    Harga minyak dibekukan kenaikan secara luas
b.    Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu di bekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat di perbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

a.    Harga minyak di bekukan atau dinaikan secara luas.

Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut.

b.    tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3.    Kehematan
Unsur penting lain yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat efektif ialah kehematan. Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata.kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan. Unsur-unsur apa saja yang harus diperhatikan akan dibicarakan satu persatu.

a.    Pengulangan subyek kalimat
Penulis kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subyek dalam satu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas. Oleh karena itu,pengulangan bagian kalimat yang demikian tidak diperlukan.
Contoh :
1)    Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.
2)    Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan

Kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi:

1)  Pemuda itu segera mengubah renca setelah bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.
2)  Hadirin serentak berdiri setelahmengetahui mempelai memasuki ruangan.

b.    Hiponimi
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kaya bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. Kata desember sudah mengandung makna bulan.
Contoh :
1)    Presiden Soeharto menghadiri Rapim ABRI hari senin lalu
2)    Rumah penduduk di kota besar terang-benderang oleh cahaya lampu neon
Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut :
1)  Presiden Soeharto menhadiri Rapim ABRI senin lalu
(kata hari dihilangkan)
2)  Rumah penduduk di kota besar terang-benderang cahaya neon.
(kata lampu dihilangkan)

c.    Pemakaian kata “dari” dan “daripada”
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan “dari” dan “daripada”, selain ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat) asal (asal-usul).

4.    Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga kalimat yang dihasilkan tidak rancu. Dengan perkataan lain  kalimat yang cermat adalah kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda. Perhatikan cintoh-contoh ini :
a.    Lima dosen PTS yang terkenal itu menerima piagam penghargaan.
b.    Pedagang sebuah koran yang besar itu tiba-tiba meninggal dunia.
Kedua contoh di atas tidak efektif karena bermakna ganda. Ungkapan, yang terkenal pada contoh “a” itu apakah yang menerangkan dosen atau PTS. Begitu juga ungkapan yang besar pada contoh “b” apakah menerangkan pedagang ataukah sebuah koran.
Kalimat “a” dan “b” dapat diefektifkan jika ditambah preposisi dari di antara dosen dan PTS serta di antara pedagang dan sebuah koran. Akan tetapi, jika dari diletakkan sebelum PTS dan sebuah koran, dan ungkapan yang terkenal dan yang besar diletakkan langsung dengan setelah dosen dan pedagang, maka ungkapan tersebut menerangkan kedua subjek. Dengan demikian, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut.
Kalimat efektif :
a.      Lima dosen dari PTS yang terkenal itu menerima piagam penghargaan.
b.      Pedagang dari sebuah koran yang besar itu tiba-tiba meninggal dunia.
Menerangkan kedua subjek
a. Lima dosen yang terkenal dari PTS itu menerima piagam penghargaan.
b. Pedagang yang besar dari sebuah koran itu tiba-tiba meninggal dunia.
5.    Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam sebuah kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
a.    Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
b.    Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib pada kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh :
1)    Surat itu saya sudah baca.
2)    Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangan.

           
Kalimat diatas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk :
1)    Surat itu sudah saya baca.
2)    Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c.    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja atau objek penderita.
Perhatikan kalimat ini.
1)    Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
2)    Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya :
1)    Mereka membicarakan kehendak rakyat.
2)    Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

6.    Kevariasian
Menurut Fuad, dkk. (2009: 60-64) sebuah bacaan atau tulisan yang baik merupakan suatu komposisi yang dapat memikat dan mengikat pembacanya untuk terus membaca sampai selesai. Agar dapat memuat pembaca terpikat tidaklah dapat dilakukan begitu saja. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menulis. Menulis memerlukan ketekunan, latihan, dan pengalaman.
a.   Cara Memulai Kalimat
Ada beberapa kemungkinan dalam cara memulai kalimat untuk mencapai efektivitas, yaitu variasi pada pembukaan kalimat. Pada umumnya kalimat dapat dimulai dengan subjek, predikat, frasa dan kata modalitas.
1)    Subjek pada Awal Kalimat
Kita dapat lihat dari pola dasar kalimat bahasa Indonesia, subjek selalu diletakkan pada awal kalimat. Dalam sebuah komposisi ataupun sebuah paragraf perlu dipakai variasi kalimat seperti yang dimaksudkan untuk menghindari suasana kaku.

2)    Predikat pada Awal Kalimat
Kalimat yang diawali subjek biasanya diikuti predikat, kadang-kadang dilengkapi dengan objek dan keterangan. Susunan kalimat yang demikian ada yang menyebutkan dengan kalimat susunan biasa, sebuah kalimat dapat dimulai dengan predikat. Kalimat seperti ini disebut inversi atau kalimat susunan balik.

3)    Kata Modal pada Awal Kalimat
Dalam sebuah kalimat kata modal dapat merubah arti kalimat secara keseluruhan. Dengan mempergunakan kata modal kita dapat menyatakan bermacam-macam sikap. Untuk menyatakan kepastian dapat menggunakan kata : pasti, pernah, tentu dan sebagainnya.
Untuk menyatakan ketidakpastian atau keragu-raguan dapat dipergunakan kata : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, dan sebagainnya.
Untuk menyatakan kesungguhan dapat dipergunakan kata-kata : sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, sungguh, dan sebagainnya. Modal dapat diletakkan di awal ataupun di akhir kalimat.

4)    Frase pada Awal Kalimat
Untuk keperluan variasi kalimat, frasa-frasa ini tidak selalu diletakkan pada awal kalimat, tetapi bisa ditempatkan pada posisi tengah maupun akhir.

b.    Panjang Pendek Kalimat
Kalimat pendek tidak selalu mencerminkan kalimat yang baik atau efektif. Sebaliknya kalimat yang panjang tidak selalu rumit atau tidak efektif.

c.    Jenis Kalimat
Dalam bahasa Indonesia ada tiga macam jenis kailimat. Ketiga macam jenis kalimat itu adalah kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah atau kalimat pinta.

d.    Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
Dari segi struktur kalimat selain pola inversi, panjang pendek kalimat, kalimat majemuk dan kalimat sederhana dapat dijadikan variasi kalimat, maka pola kalimat aktif dan pasif pun dapat membuat tulisan kita lebih bervariasi.

e.    Kalimat Langsung dan Tidak Langsung
Dalam kalimat langsung dapat dibangun variasi kalimat. Kadang-kadang pendapat atau pikiran seseorang akan terasa lebih jelas dan hidup jika dinyatakan dalam bentuk kalimat langsung daripada kalimat tidak langsung.

7.    Kelogisan
Yang dimaksud kelogisan adalah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
a.    Semua lulusan SMU Harapan Bangsa mengikuti UMPTN, kecuali inem, sastro dan bejo.
b.    Acara berikutnya adalah sambutan Rektor STAIN. Waktu dan tempat saya persilahkan.
Kedua contoh di atas tidak efektif. Contoh “a” tidak efektif karena terdapat pasangan kata semua dan kecuali. Kata semua bermakna tidak aa satu pun. Contoh “b” juga tidak efektif karena yang dipersilahkan untuk memberi sambutan adalah waktu dan tempat dan bukan rektor.
Kedua kalimat dapat diperbaiki sebagai berikut.
a.    Sebagian besar lulusan SMU Harapan Bangsa mengikuti UMPTN  kecuali inem, sastro dan bejo.
b.    Acara selanjutnya adalah sambutan Rektor STAIN. Bapak rektor kami persilhkan.

B.   PERSYARATAN KALIMAT EFEKTIF

Menurut Widowson (1979) tentang penggunaan bahasa, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembentukan kalimat efektif. Kedua persyaratan kalimat tersebut adalah persyaratan kebenaran struktur dan persyaratan kecocokan konteks.
1.    Persyaratan Kebenaran Struktur
Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan antar unsur kalimat. Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan yang jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang terkandung di dalamnya juga jelas.

2.    Persyaratan kecocokan
Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kalimat dalam konteks. Kecocokan tidak hanya ditentukan oleh konteks kebahasaan, yakni konteks yang berupa kalimat sebelumnya tetapi juga konteks non kebahasaan.

C.   PENGEMBANGAN KALIMAT EFEKTIF

Pengembangan kalimat efektif dapat dilakukan untuk menjadikan kalimat sebagai sarana pengungkap dan penangkap pesan agar komunikasi secara efektif. Untuk mengembangkan kalimat efektif, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni persyaratan kalimat efektif dan kiat pengembangan kalimat efektif.
Ada dua persyaratan kalimat efektif, yakni persyaratan kebenaran dan persyaratan kecocokan. Persyaratan kebenaran bertolak ukur kebenaran kaidah bahasa. Persyaratan kecocokan bertolak ukur kecocokan atau kekompakan kalimat-kalimat dalam konteks kebahasaan maupun dalm konteks non bahasa. Kalimat efektif dapat dikembangkan dengan kiat-kiat khusus, yakni :
1.    Kiat pengulangan
2.    Kiat pengedepanan
3.    Kiat penyejajarnya
4.    Kiat pengaturan variasi kalimat.
Kiat pengulangan dapat dengan mudah menampilkan informasi penting dengan menampilkan ulang informasi itu, baik dalam kalimat maupun dalam untaian kalimat. Kiat pengedepanan digunakan untuk menonjolkan informasi dengan menempatkan unsur yang ditonjolkan itu di bagian depan kalimat. Kiat penyejajaran digunakan untuk menampilkan unsur kalimat dalam posisi yang sejajar. Kiat pengaturan variasi kalimat digunakan untuk menampilkan kalimat secara bervariasi, baik variasi struktur kalimat maupun variasi jenis kalimat.










0 komentar:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com