Saturday, 25 April 2015

FONEM DAN MORFEM

PEMBAHASAN

A.  FONEM

1.   Pengertian Fonem

Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti. Bunyi /a/ dan /i/ dalam bahasa Indonesia adalah fonem, karena keduanya membedakan arti. Misalnya dalam pasangan dara dan dari.[1]
Fonem ialah unit bunyi yang terkecil yang membedakan makna. Perbedaan makna ini dapat dilihat pada pasangan minimal atau pasangan terkecil perkataan. Misalnya pedang dengan petang. Dalam pasangan minimal perkataan pedang dengan petang itu terdapat bunyi yang berbeda (distingtif), yaitu bunyi d dan bunyi t. Oleh sebab perkataan pedang hampir sama, kecuali bunyi d dan bunyi t, maka dikatakan bahwa bunyi d dan bunyi t adalah bunyi yang distingtif yang membedakan makna. Oleh karena itu, bunyi d dan bunyi t adalah bertaraf fonem yang berbeda dan bunyi fonem ini diletakkan dalam kurungan fonem, yaitu / d / dan / t /.[2]

Pasangan minimal ialah pasangan terkecil perkataan, yaitu pasangan perkataan yang hampir sama dari segi sebutan dan juga cara menghasilkan bunyi perkataan tersebut tetapi masih terdapat perbedaan kecil pada bunyi (fonem) tertentu yang membedakan makna antara perkataan tersebut.[3]

Fonem-fonem diucapkan secara berangkai dan berkelompok di dalam pemakaian bahasa. Artinya, setiap fonem diucapkan secara terpisah-pisah. Kelompok fonem yang merupakan unsur sebuah kata dasar atau morferm bahasa Indonesia disebut “suku”. Dengan kata lain, struktur suku ditentukan oleh hubungan sintagmatis di antara fonem-fonemnya. [4]
Perhatikan tabel berikut   :
Kata dasar
ia
tiba
pindah
prisma
suku
i a
Ti  ba
Pin dah
Pris ma
fonem
/i/a/
/t/i/b/a/
/p/i/n/d/a/h/
/p/r/i/s/m/a/

Fonologi berbeda dari fonetik karena fonetik mempelajari bunyi-bunyi tanpa membatasi perhatiannya pada bahasa tertentu umpamanya bahasa Indonesia atau Inggris. Fonologi bertugas mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu.[5]

2.   Fonem Suprasegmental

Fonem suprasegmental yang juga disebut fonem suprapenggalan ialah ciri atau sifat bunyi yang menindihi atau menumpangi suatu fonem. Maksudnya, ciri suprasegmental hadir bersama-sama fonem penggalan dengan cara menumpangi bunyi segmental. Fonem suprasegmental ini bukannya bunyi segmental atau bunyi penggalan, tetapi ciri yang hadir bersama dengan cara menindihi atau menumpangi bunyi penggalan.[6] Fonem suprasegmental tersebut terdiri dari:

a)  Tekanan
Tekanan ialah ciri lemah atau kerasnya suara penyebutan sesuatu suku kata. Tekanan biasanya berlaku pada suku kata dalam perkataan.
b)  Kepanjangan
Kepanjangan atau juga disebut panjang pendek bunyi merupakan ciri khusus yang terdapat pada perkataan dalam bahasa-bahasa tertentu.
c)  Jeda
Jeda yang juga disebut persendian ialah ciri atau unsur hentian (senyap) dalam ujaran sebagai tanda memisahkan unsure linguistik, iaitu perkataan, ayat atau rangkai kata.
d)  Tona
Tona merupakan naik atau turunnya suara dalam pengucapan perkataan.
e)  Intonasi
Intonasi ialah turun naik nada suara dalam pengucapan ayat atau frasa. Intonasi juga disebut sebagai lagu bahasa.
ASIL PEMBELAJARANi. menerangkan pengertian fonem suprasegmental,ii. membezakan antara tekanan,kepanjangan, jedona dan intonasi dalam binetik da
3.    Perubahan Fonem

Apabila kita menyinggung perubahan fonem dalam bidang proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka ada dua hal yang perlu mendapat perhatian,[7] yaitu :

a)    Perubahan fonem /N/
1.    Fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem /m/ kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan /b,f,p/. Misalnya :
meN-               +          pilih                  è        memilih
meN-               +          foto                  è        memfoto
peN-                +          bela                 è        pembela

2.    Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi fonem /n/ kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan fonem /d,s,t/. Perlu kita catat di sini bahwa fonem /s/ hanya khusus bagi sejumlah dasar kata yang berasal dari bahasa asing. Apabila kita mencoba berbicara bahasa atau dialeg asing, kemungkinan kita akan menggganti fonem-fonemnya dengan fonem-fonem yang paling mirip dalam bahasa atau dialeg kita sendiri.[8]
Misalnya :
meN-               +          daki                 è        mendaki
meN-               +          tahan               è        menahan
meN-               +          survei              è        mensurvei

3.    Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila kata dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,j,s/.
Misalnya :
meN-               +          cabut               è        mencabut
peN-                +          jaga                 è        penjaga
peN-                +          seret                è        penyeret

4.    Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /ng/ apabila dasar kata yang mengikutinya berfonem /g,h,k,x/, dan vokal.
Misalnya :
meN-               +          ganti                è        mengganti
peN-                +          halang             è        penghalang
meN-               +          kecoh              è        mengecoh
meN-               +          angkat             è        mengangkat
peN-                +          edar                 è        pengedar

b)    Perubahan Fonem /r/
Fonem /r/ pada morfem {ber} dan morfem {per} berubah menjadi fonem /l/ sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan kata dasar yang berupa morfem {ajar}. Contoh
ber-            +          ajar                  è        belajar
per-            +          ajar                  è        pelajar

B.  MORFEM

1.    Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya {ter}, {di} dan {pensil}.[9]

2.    Pengenalan Morfem
            Prof. Ramlan mengemukakan enam perinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem.[10]
Ø Prinsip 1     Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan suatu morfem.

Ø Prinsip 2     Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan suatu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik.

Ø Prinsip 3     Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak dapat tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai suatu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.

Ø Prinsip 4     Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu adalah morfem, ialah yang disebut morfem zero.

Ø Prinsip 5     Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.

Ø Prinsip 6     Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
ü  Contoh Prinsip 1 :
a)     Membeli rumah, rumah baru, menjaga rumah, berumah, satu rumah.
Dari contoh-contoh itu dapat kita lihat bahwa satuan rumah merupakan satu morfem karena satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti leksikal yang sama.
b)     Menulis, ditulis, menuliskan, dituliskan, menulisi, ditulisi, tertulis, tertuliskan, tertulisi, tulisan, penulis, penulisan, karya tulis.
Dari contoh-contoh tersebut dapat kita lihat bahwa satuan tulis merupakan suatu morfem karena satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti leksikal yang sama.

ü  Contoh Prinsip 2 :
       Menjahit, membeli, menyalin, menggendong, mengecat dan melamar. Dari contoh-contoh tersebut nyata bahwa satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-, menge-, dan me-; mempunyai arti gramatik yang sama, yaitu menyatakan tindakan aktif: tetapi struktur fonologiknya jelas jelas berbeda.
Satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-, menge-, dan me- adalah alomorf dari morfem meN-; oleh karena itu semua satuan itu merupakan satu morfem.

ü  Contoh Prinsip 3:
            beralih,                        beradu
            berbaring,                    berbicara
            bersua,                        berjumpa
            bertemu,                      bekerja
            belajar,                        berjuang
            bersandar,                   beradu
Dari contoh-contoh tersebut terdapat satuan ber-, be-, dan bel-.
              Berdasarkan Prinsip 2, jelas bahwa ber-, dan be-, merupakan satu morfem, karena perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik. Tetapi bagaimana halnya dengan bel- yang (hanya) terdapat pada belajar? Walaupun bel- mempunyai struktur fonologik yangberbeda, dan perbedaanya itu tidak dapat dijelaskan secara fonologik, toh mempunyai arti gramatik yang sama dan mempunyai distribusi komplementer dengan morfem ber-.
                                      Dengan kata lain : bel- merupakan alomorf morfem ber-; oleh karena itu maka satuan bel- dapat dianggap sebagai satu morfem.
Perlu dicatat bahwa morfem bel- ini termasuk morfem yang produktif dalam bahasa Indonesia.
ü  Contoh Prinsip 4:
(1)           Ibu                   menggoreng                ikan.
(2)           Ibu                   menyapu                     halaman.
(3)           Ibu                   menjahit                      baju.
(4)           Ibu                   membeli                      telur.
(5)           Ibu                   minum                         teh.
(6)           Ibu                   makan                         pecal.
(7)           Ibu                   masak                         rendang.

Ketujuh kalimat di atas berstruktur S (ubjek) P (redikat) O (obyek). Predikatnya berupa kata verbal yang transitif. Yang pada kalimat (1), (2), (3), (4) ditandai oleh adanya meN-, sedangkan pada kalimat (5), (6), (7), kata verbal transitif itu ditandai dengan kekosongan atau tidak adanya meN-. Itulah yang disebut morfem zero.
ü  Contoh Prinsip 5:
a)            (1) Ia menanam kembang.
(2) Bunga itu telah kembang.
Pada (1) kembang ‘bunga’ dan pada (2) kembang ‘mekar’; oleh karena itu kedua kata kembang itu merupakan morfem yang berbeda walaupun mempunyai struktur fonologik yang sama. Kenapa? Karena arti leksikalnya beda.
b)            (1) Ayah sedang tidur.
(2) Tidur ayah sangat nyenyak.
Kata tidur pada (1) dan (2) mempunyai arti leksikal yang berhubungan, dan mempunyai distribusi Yang berbeda. Kedua kata tidur itu merupakan satu morfem.

ü  Contoh Prinsip 6:
a)            Berharap, harapan
Berharap terdiri dari ber- dan harap; serta harapan terdiri dari harap dan –an. Dengan demikian maka ber-, harap, dan –an masing-masing merupakan morfem sendiri-sendiri.
a.    Mendatangkan, didatangkan, mendatangi, pendatang, kedatangan, datang.
                        Dari contoh-contoh diatas :
Mendatangkan    terdiri dari tiga morfem yaitu meN-, datang, -kan
Didatangkan        terdiri dari tiga morfem yaitu di-, datang, -kan
Mendatangi          terdiri dari tiga morfem yaitu meN-, datang, -i
Pendatang           terdiri dari dua morfem yaitu peN-, datang
Kedatangan         terdiri dari dua morfem yaitu ke-an, datang
Maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa meN-, di-, peN-, datang, -kan, -i, dan ke-an merupakan morfem sendiri-sendiri.

3.    Proses Morfologis

a)    Pengertian Proses Morfologis

Proses Morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu dengan morfem yang lain menjadi kata. Misalnya, kata menulis terdiri atas morfem {meN-} dan {tulis}. Penggabungan morfem {meN-} dan {tulis} menjadi kata menulis itulah yang disebut proses morfologis.[11]

b)    Ciri Suatu Kata yang Mengalami Proses Morfologis

Morfem-morfem yang membentuk atau yang menjadi unsur kata berbeda beda fungsinya. Ada yang berfungsi sebagai tempat penggabungan dan berfungsi sebagai penggabung. Berdasarkan contoh di atas, morfem {tulis} berfungsi sebagai tempat penggabungan, sedangkan morfem (meN-} berfungsi sebagai penggabung. Morfem yang sebagai tempat penggabungan biasanya disebut bentuk dasar.
Bentuk dasar dapat berupa pokok kata dilihat dari wujudnya, bahkan berupa kelompok kata. Misalnya, bentuk dasar kata menemukan, berjuang, dan perhubungan adalah pokok kata temu, juang dan hubung.
Ciri lain bahwa suatu kata dikatakan mengalami proses morfologis ialah penggabungan atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami perubahan arti. Contohnya bentuk dasar cangkul setelah digabung morfem {meN-}, sehingga menjadi kata mencangkul, artinya menjadi ‘melakukan pekerjaan dengan alat cangkul’.[12]

c)    Macam Proses Morfologis

1)    Pembentukan kata dengan menambahkan morfem afiks pada bentuk dasar. Misalnya kata menulis dan pembangunan. Kata menulis terbentuk dari bentuk dasar tulis dan morfem imbuhan {meN-}, kata pembangunan terbentuk dari bentuk dasar bangun dan morfem imbuhan {peN-an}.
2)    Pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar.
Misalnya murid-murid, mencari-cari dan memukul-mukul yang terbentuk dari bentuk dasar murid, mencari dan memukul dengan morfem {ulang}.
3)    Pembentukan kata dengan menggabungkan dua atau lebih bentuk dasar. Misalnya meja hijau terbentuk dari bentuk dasar meja dan hijau.[13]

C. PENJENISAN KATA

Kata ialah kumpulan daripada bunyi ujaran yang mengandung arti. Kata dinyatakan sebagai susunan huruf-huruf abjad yang mengandung arti dan sangat jelas.[14] Contoh: ibu, mobil, ambil dan sedih.
Jenis kata ialah golongan kata yang mempunyai kesamaan bentuk, fungsi dan perilaku sintaksisnya. Dalam tatabahasa tradisional, jenis kata ini biasanya dibedakan atas sepuluh macam. Pembagian yang sepuluh ini sepenuhnya berkiblat pada pendapat Aristoteles yang berdasarkan hasil penelitiannya terhadap bahasa-bahasa Barat.[15] Sepuluh jenis kata itu adalah:
1.    Kata Benda (Nomina)
Adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Misalnya: Tuhan, angin, meja, rumah, batu, mesin dan lain-lainnya.
2.    Kata Kerja (Verba)
Adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.
Misalnya: mengetik, mengutip, meraba, mandi, makan dan lain-lainnya.
3.    Kata Sifat (Adjektiva)
Adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah benda/sesuatu.
Misalnya: baru, tebal, tinggi, rendah, baik, buruk, mahal, dan sebagainya.
4.    Kata Ganti (Pronomina)
Adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan.
Misalnya: ini, itu, ia, mereka, sesuatu, masing-masing.
5.    Kata Keterangan (Adverbia)
Adalah kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, atau seluruh kalimat.
Misalnya: pelan-pelan, cepat, kemarin, tadi.
6.    Kata Bilangan (Numeralia)
Adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat nama-nama benda.
Misalnya: seribu, saratus, berdua, bertiga, bebarapa, banyak.
7.    Kata Penghubung (Konjungsi)
Adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat.
Misalnya: dan, lalu, meskipun, sungguhpun, ketika, jika.
8.    Kata Depan (Preposisi)
Adalah kata yang merangkaikan kata atau bagian kalimat.
Misalnya:  di, ke, dari, daripada, kepada.
9.    Kata Sandang (Artikel)
Adalah kata yang berfungsi menentukan kata benda dan membedakan suatu kata.
Misalnya: si, sang, hyang.
10.   Kata Seru (Interjeksi)
Adalah kata (yang sebenarnya sudah menjadi kalimat) untuk mengungkapkan perasaan.
Misalnya: aduh, wah, eh, oh, astaga.




















DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M.K. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Sandro Jaya.
Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Bloomfield, Leonard. 1995. Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Mahmood, Abdul Hamid. 2012. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Malaysia: Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Muslich, Masnur. 2008. Tatabentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.
Supriyadi. 1997. Pendidikan Bahasa Indonesi 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.









[1] Supriyadi, Pendidikan Bahasa Indonesi 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), hal f.
[2] Abdul Hamid Mahmood,
[3] Ibid,
[4] Supriyadi,
[5] A. Chaedar Alwasilah,
[6] Abdul
[7]  Henry Guntur
[8]  Leonard Bloomfield
[9] Supriyadi,
[10]  Henry Guntur
[11]Masnur Muslich,

[12] Ibid,
[13] Ibid,
[14]M.K. Abdullah
[15] Masnur Muslich,

0 komentar:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com