Monday, 27 April 2015

Tafsir Ayat Ekonomi: ISLAM KAFFAH

PEMBAHASAN

A.      Q.S. Al-Maidah ayat 48
 “Dan kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepada Muhammad dengan membawa kebenaran. Yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu. Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki niscaya kamu di jadikan-Nya. Satu umat (saja). Tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu. Maka berlomba-lomba berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
1.      Kata Kunci
!  |=»tGÅ3ø9$#y7øs9Î)$uZø9tRr&ur
 “Dan kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an)

2.      Kandungan
Kami turunkan kepadamu, Muhammad, kitab suci yang sempurna, yaitu al-Qur'ân, yang berisikan kebenaran dalam segala hukum dan beritanya, membenarkan kitab-kitab suci Kami sebelumnya, sebagai saksi atas kebenarannya dan sebagai pengawas kitab-kitab suci yang lain, karena terpelihara dari perubahan. Maka, apabila Ahl al-Kitâb mengadukan suatu perkara kepadamu, putuskanlah menurut apa yang Allah turunkan kepadamu. Jangan mengikuti hawa nafsu dan keinginan mereka dalam mengambil keputusan, sehingga kamu menyeleweng dari kebenaran yang datang dari Kami. Tiap-tiap umat di antara kalian, wahai manusia, Kami berikan cara untuk menjelaskan kebenaran dan cara beragama yang jelas. Jika Allah berkehendak, niscaya Dia akan menjadikan kalian satu kelompok yang jalan petunjuknya tidak berbeda sepanjang masa. Akan tetapi Allah menjadikan kalian sedemikian rupa, untuk menguji pelaksanaan kalian terhadap syariat-syariat yang diberikan, sehingga dapat diketahui siapa yang taat dan siapa yang ingkar di antara kalian. Pergunakanlah kesempatan dan bergegaslah dalam berbuat kebaikan. Sesungguhnya hanya kepada Allahlah kalian akan kembali. Allah akan memberitahukan kepada kalian hakikat apa yang kalian perselisihkan. Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang di antara kalian sesuai dengan perbuatannya. [Muhammad Quraish Shihab].

Baca Juga  Alokasi Harta Menurut Ekonomi Islam

3.      Munasabah Ayat
Setelah Allah swt. menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi Musa a.s. dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa a.s. dan agar kitab tersebut ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing, maka pada ayat ini diterangkan bahwa Allah swt. menurunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw. kitab suci Alquran yaitu kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan kitab suci sebelumnya seperti kitab Taurat dan Injil.
 
Alquran adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan. Alquran adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya dan kitab suci satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu pantaslah, bahkan wajib menghukum dan memutuskan perkara putra manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah yang telah terdapat di dalamnya dan bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh Junjungan kita Nabi Muhammad saw. Tiap-tiap umat Allah diberi syariat (peraturan-peraturan khusus) dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus melaksanakannya untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap umat dan jalan yang harus ditempuhnya boleh saja berubah rubah dan bermacam-macam tetapi dasar dan landasan Agama Samawi hanyalah satu. Kitab Taurat, Injil dan Alquran, masing-masing mempunyai syariat tersendiri, di mana Allah swt. Telah menentukan hukum halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang tidak.
 
Firman Allah swt. Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan padanya, "Bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku" maka sembahlah Aku olehmu sekalian. (Q.S. Al-Anbiya': 25) 

Sekiranya Allah swt. menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan manusia hanya mempunyai satu syariat dan satu macam jalan pula yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan seperti halnya burung dan lebah, tentunya akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikitpun, karena Allah swt. Kuasa atas segala sesuatu tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah swt. menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya. Demikianlah Allah swt. menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Sebagai mana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya, untuk dapat diberi Pahala atau disiksa. Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi penutup, Rasul terakhir Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya. untuk kepentingan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.
Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa. Di sanalah nanti Alla swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. Orang-orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar dan menolak kebenaran, serta menyeleweng dari-Nya tanpa alasan dan bukti akan diazab dan dimasukkan ke dalam neraka.

4.      Kesimpulan
Alquran adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya dan kitab suci satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu pantaslah, bahkan wajib menghukum dan memutuskan perkara putra manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah yang telah terdapat di dalamnya dan bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh Junjungan kita Nab. Muhammad saw.


B.       Q.S Al-Baqarah ayat 208
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
1.      Kata Kunci
Islam               (Où=Åb¡9$#)
Keseluruhan    (p©ù!$Ÿ2)           
2.      Asbabun Nuzul
Menurut suatu riwayat, ada sekelompok kaum Yahudi menghadap kepada Rasulullah Saw hendak beriman, dan meminta agar dibiarkan merayakan hari sabtu, dan mengamalkan kitab Taurat pada malam hari. Mereka menganggap bahwa hari sabtu merupakan hari yang harus dimuliakan, dan kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan oleh Allah juga. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Surat Al-Baqarah: 208) untuk tidak mencampur baurkan agama.
Adapun yang menghadap itu ialah: Abdullah bin Salam, Tsa’labah, Ibnu Yamin, Asad dan Usaid bin Ka’b, Said bin ‘Amr, dan Qais bin Zaid.

3.      Kandungan
Memeluk dan mengamalkan Islam secara kaffah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus dilaksanakan oleh setiap mukmin, siapapun dia, di manapun dia, apapun profesinya, di mana pun dia tinggal, di zaman kapan pun dia hidup, baik dalam sekup besar ataupun kecil, baik pribadi atau pun masyarakat, semua masuk dalam perintah ini : “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh) Pada ayat yang sama, kita dilarang mengikuti jejak langkah syaithan, karena sikap mengikuti jejak-jejak syaithan bertolak belakang dengan Islam yang kaffah.
4.      Munasabah Ayat
Adapun isi seruan tersebut ialah, pertama: ادُْخلوُا فيِ الِّسلمِْ كآفةَّ (udkhulū fīs-silmi kāffatan, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan). Hampir semua penerjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris mengartikan kata السِّلمِْ (as-silmi) dengan “Islam”. Kecuali Muhammad Syakir dan Pichthal yang menerjemahkannya dengan “submission” (penyerahan diri). Al-Ashfahani dalam Mu’jam al-Mufradāt Alfāzh Alqur’an-nya menganggap kata السِّلمِْ (as-silmi) memang serumpun dengan kata ٱِلإسْلَُام (al-islām, agama Islam), tetapi, menurutnya, kata “Islam” mempunyai dua jenis makna. Satu, tanpa iman, hanya pengakuan dengan lisan, baik disertai dengan keyakinan atau tidak, tetapi dengan begitu yang bersangkutan telah menyelamatkan darahnya. Dalam pengertian inilah maksud kata Islam di ayat ini: “Orang-orang Arab itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah (kepada mereka): ‘Kalian belum beriman, tetapi katakanlah: ‘Kami telah Islam (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu….” (49:14).
Dua, disertai dengan iman, sehingga pengakuannya diikuti oleh keyakinan yang dibenarkan dengan perbuatan, lalu berserah diri kepada Allah dalam segala hal yang berkenaan dengan qadha dan qadar-Nya, sepertimana sikap Nabi Ibahim as di ayat ini: “Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab: ‘Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam’.” (2:131) dan firman-Nya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam….” (3:19), dan juga dalam doa Nabi Yusuf: “(Ya Tuhanku)… wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (12:101) Yang maksudnya: “Jadikanlah aku bagian dari golongan orang-orang yang berserah diri kepada ridha-Mu.” Bisa juga bermakna: “Jadikanlah aku aman dari tawanan setan”. Sebab bukankah Allah telah mengingatkan manusia tentang sumpah setan: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskanku sesat maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan buruk) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlas di antara mereka.” (15:39-40) dan “… Kamu tidak dapat menjadikan (manusia) mendengar, kecuali orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.” (27:81).
           
5.      Kesimpulan
Maka yang dimaksud dengan masuk Islam secara kaffah (keseluruhan) adalah benar-benar ia dengan masuknya ke dalam Islam mampu dan siap mengamalkan atas apa-apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi atas apa-apa yang dilarang oleh Allah.

C.      Q.S Adz-Zariyat ayat 56
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
1.      Kata Kunci
                      Èbrßç7÷èuÏ9w)
Melainkan supaya mereka beribadah kepada-ku


2.      Kandungan
Surat adz-dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua mahluk Allah termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah Swt agar mereka mengabdikan diri, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah Swt. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi, manusia juga mempunyai fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya, dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.
Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah artinya menyerahkan segala hidupnya hanya untuk mengabdi dan menyembah hanya kepada Allah, upaya ini dilakukan dengan mendekatkan diri kepada Allah. Untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah maka manusia dituntut untuk melakukan pengamalan syariat Allah (menjalankan syariat Islam).
Ibadah dibedakan menjadi dua, yaitu ibadah mahdah (khusus) dan ibadah ghoiru mahdah  (umum). Ibadah mahdah yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah Swt seperti : sholat, puasa, haji dan sebagainya. Tata cara ibadah ini sudah ditentukan oleh Rasulullah. Sedangkan ibadah ghoiru mahdah adalah ibadah yang berhubungan dengan pergaulan sesama manusia dan hubungan dengan lingkungan, misalnya silaturahmi, membantu saudara, bekerja, melestarikan alam, hormat kepada orang tua dan sebagainya.
Sebagai orang muslim akan menyadari bahwa hidup di dunia ini tidaklah main-main, tetapi kehidupan yang sementara ini sepenuhnya untuk mengabdi kepada Allah Swt. Sehingga dia hanya punya semboyan “ Hidup untuk beribadah”. 

3.      Munasabah Ayat
Dalam ayat yang lalu Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, mereka saling berselisih,terpecah-pecah, serta tidak sependapat antara satu dengan yang lainnya, ketika mereka berkata bahwa pencipta langit dan bumi adalah Allah SWT, akan tetapi nyatanya mereka menyembah patung dan berhala. Sebagian lagi dari mereka berkatabahwa Muhammad SAW itu seorang tukang sihir. Pada ayat berikut iniAllah SWT mengungkapkan bahwa perbuatan orang kafir Mekah itu bukanlah sesuatu yang baru. Umat-umat sebelu  mereka juga telah mendustakan nabi-nabi yang diutus kepada mereka. Maka sepantasnyalah mereka itu mendapat azab Tuhan seperti kaum Nuh , kaum Syuaib dan kaum shaleh.

4.      Kesimpulan
o   Pembangkangan kaum kafir ekah terhadap Rasullullah SAW adalah suatu hal yang biasa sebab para  Rasul sebelumnya pun telah didustakan oleh umatnya.
o   Memberikan peringatan kepada manusia berupa nasehat dan pelajaran sangat berguna dan bermanfaat terutama bagi orang-orang yang beriman .
o   Jin dan manusia dijadikan Allah semata-mata beribadah kepadanya.
o   Allah SWT tidak memerlukan bantuan karna Dia Maha Perkasa.
o   Orang yang kafir akanmnerima azab Allah SWT sebagaimana telah di janjikan Nya.




DAFTAR PUSTAKA

http//tafsir-albarru.com
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com
Mustafa, Ahmad. 1989. tafsir al maraghi. Semarang: Tahaputra
Nurcholis. 1997.  Asbabun Nuzul. Surabaya: Pustaka Anda


1 comment:

  1. Titanium Flat Iron Spades - Shop | Titanium Art
    Iron guy tang titanium toner Spades designs are joico titanium available on all T-shirts, posters, home decor, home titanium dive knife decor, gifts and titanium mens ring more. T-Shirt design on titanium keychain T-Shirts.

    ReplyDelete

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com