Monday, 20 April 2015

Metodologi Studi Islam: ISLAM AKTUAL

PENDAHULUAN
A.    LATARBELAKANG MASALAH
Perkembangan zaman yang semakin maju membuat semua aspek-aspek kehidupan terpaksa harus beradaptasi. Begitu juga Islam, yang tidak bisa terus berkutat dalam prilaku tradisonal. Apa yang sudah dikonsepsikan dalam kitab suci al-quran, al-sunnah dan pendapat para ulama belum bisa menjawab masalah-masalah yang terjadi saat ini. Keadaan ini memaksa munculnya Islam aktual yang merupakan tafsiran atau pemahaman yang relatif dan bersifat sementara. 

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Islam aktual sebenarnya?
2.      Apa ciri-ciri dari Islam aktual?
3.      Apa latarbelakang munculnya Islam?
4.      Siapa tokoh-tokoh penggagas Islam aktual aktual?
5.      Bagaimana upaya Islam aktual membenahi Islam kedepan?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui pengertian Islam aktual.
2.      Mengetahui ciri-ciri Islam aktual.
3.      Mengetahui latarbelakang munculnya Islam aktual.
4.      Mengetahui tokoh-tokoh penggagas Islam aktual.
5.      Mengetahui upaya Islam aktual membenahi Islam kedepan.

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Islam Aktual
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Harun Nasution mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad Saw.
Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang Islam dapat dijumpai uraian pengertian agama Islam, sumber dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya. Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosial dan alam sekitarnya (horizontal).
Sedangkan kata aktual berasal dari bahasa Inggris actual yang berarti keadaan yang sebenarnya, memang betul-betul dan sesungguhnya. Kata aktual juga bisa diartikan sebagai suatu kajian atau peristiwa terhangat yang terjadi pada saat ini, juga bisa dikatakan sebagai peristiwa-peristiwa hangat yang terjadi pada zaman modern ini. Jadi yang dinamakan dengan Islam aktual itu adalah suatu peristiwa atau kajian Islam yang terjadi pada zaman sekarang atau zaman modern.
Islam aktual adalah sebuah respon dari kalangan penganut Islam tentang perlunya langkah-langkah dan usaha-usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan ajaran Islam yang sudah terumuskan secara konseptual dalam kitab suci, al-Sunnah dan pendapat para ulama dalam kenyataan yang sesungguhnya pada perilaku umatnya.
B.     Ciri-ciri Islam Aktual
Islam adalah agama yang memiliki watak shalih li kulli zamanin wa makanin (kontekstual di setiap zaman dan tempat). Ia juga universal, artinya berlaku menyeluruh untuk semua bangsa, keadaan dan waktu. Di samping watak Islam yang merombak situasi dan kondisi zaman ke arah yang lebih baik, dalam beberapa hal ia juga dapat mengalami perubahan penafsiran sesuai konteks zaman atas landasan teks yang terdapat dalam Qur’an dan Sunnah. Tetapi, yang dapat mengalami perubahan penafsiran ini hanya tertuju pada ayat-ayat yang bersifat muamalah, sebab ayat-ayat yang bersifat ubudiyah harus diambi apa adanya (taken for granted).
Menurut Harun Nasution, apabila dibedakan, dalam ajaran Islam itu sendiri terdapat dua hal pokok, yaitu pertama ajaran Islam yang absolut, mutlak dan tidak boleh mengalami perubahan; kedua, ajaran yang boleh mengalami perubahan dan penafsiran baru sesuai konteks zaman.
Islam aktual memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Islam yang tampak dalam perilaku pemeluknya sebagai realisasi atau pengamalan dari ajaran Islam yang terdapat dalam al-Quran, al-Sunnah dan pendapat para ulama.
2.      Islam yang berupaya sungguh-sungguh agar ajaran Islam terdapat dalam al-Quran, al-Sunnah dan pendapat para ulama tersebut terlihat dalam kenyataan empirik dan perilaku.
3.      Karena sifatnya pengamalan, maka Islam aktual adalah Islam yang telah mempribadi. Dalam prosesnya, Islam aktual ini akan bersinggungan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor dimana Islam dipraktekan.
4.      Karena sifanya yang telah mempribadi, maka Islam aktual akan menemukan  bentuknya yang amat bervariasi dan beragam, sungguhpun sumbernya tetap satu.
5.      Sifatnya sangat pribadi, dan karena sulit sekali untuk dicarikan rumusan atau definisi tentang Islam yang dapat dipakai oleh seluruh umat manusia. Definisi yang dapat diterima seluruh umat adalah definisi yang terdapat dalam kitab suci.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, tampak jelas bahwa Islam aktual adalah Islam yang dihayati dan dipraktekkan dalam kenyataan hidup sehari-hari di masyarakat. Serta dalam interaksinya dalam memecahkan berbagai masalah sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan lain sebagainya.

C.    Latarbelakang Munculnya Islam Aktual

Proses globalisasi diperkirakan semakin bertambah cepat pada masa mendatang, Colin Rose sebagaimana dikutip Nur Kholish menyayakan bahwa dunia  sedang berubah dengan kecepatan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Masyarakat muslim, sebagai bagian dari masyarakat global tidak lepas dari dampak globalisasi dengan perkembangan produknya.
Islam aktual muncul sebagai reaksi terhadap kondisi umat Islam yang merasa cukup meyakini agamanya sebagai agama yang unggul dibandingkan umat agama lainnya, namun dalam prakteknya tidak sesuai dengan Islam yang konseptual dan unggul itu. Islam aktual menginginkan agar umat Islam mengamalkan ajaran agamanya secara aktual.  
Kini, khususnya pada kalangan anak-anak muda, ikhtiaf mazhab tidak lagi menjadi fokus perhatian. Buat mereka, tantangan yang dihadapi umat Islam jauh lebih besar daripada perbedaan dalam cara-cara beribadah.
Anak-anak muda Islam  tidak lagi berdebat tentang mana yang sunnah dan mana yang bid’ah. Mereka berdiskusi tentang islamisasi sains, ekonomi, politik, kebudayaan dan masyarakat. Yang menjadi persoalan  bukan bagaimana cara berhaji yang sah, tetapi bagaimana menghadapi pejabat  yang tidak mau naik haji. Bukan lagi mempersoalkan  berapa rekaat shalat terawih yang disunnahkan, tetapi berapa orang karyawan yang tidak mau melakukan  shalat tarawih. Bukan lagi mendebatkan soal perbedaan faqir dan  miskin, tetapi bagaimana meningkatkan  kualitas  hidup keduanya. 
Yang menyebabkan Islam kini lebih terbuka, lebih sosial, dan lebih nonsektarian (tidak fanatik mazhab) adalah:
1.      Tingkat rata-rata kaum muslim yang lebih tinggi daripada sebelumnya ditambah arus informasi internasional yang lebih besar menumbangkan sekat-sekat mazhab.
2.      Ikhtilaf mazhab fiqih yang biasanya berkenaan dengan hal-hal yang ritual dirasakan tidak lagi relevan dengan tuntutan zaman. Anda menghargai orang bukan karena shalatnya sama seperti shalat Anda, tetapi karena ia memberikan kontribusi kepada kepentingan Islam lebih besar daripada kontribusi Anda.
Islam aktual muncul karena dilatarbelakangi oleh semangat untuk menggalakkan ajaran Islam, sehingga ajaran Islam dapat dirasakan keberadaanya di tengah-tengah masyarakat. Apa yang sudah dikonsepsikan dalam kitab suci al-Quran, al-Sunnah dan pendapat para ulama belum dapat berbuat apa-apa, atau belum dapat mengubah keadaan umat manusia, kecuali jika ajaran-ajaran yang dikonsepsikan itu telah diwujudkan dalam kenyataan empirik.
D.    Tokoh-tokoh Penggagas Islam Aktual
Para tokoh di kalangan muslim mulai merenungkan kemungkinan untuk mengadopsi ide-ide baru yang dibawa kaum pendatang Eropa. Oleh karena itu, dimulailah era baru dengan dirumuskannya “pemikiran modern” di kalangan masyarakat muslim.
Pemikiran modern di kalangan umat Islam muncul seiring dengan malaise total yang terjadi akibat tidak adanya upaya menerjemahkan Islam dalam menghadapi kecenderungan baru. Perkembangan baru yang diakibatkan oleh persentuhan dengan kultur barat ini mengakibatkan tersisihnya umat Islam di pojok-pojok keterbelakangan.
Munculnya paham Islam aktual di Indonesia antara lain dimotori oleh Jalaluddin Rahmat, Kuntowijoyo, Syafi’i Ma’arif dan tokoh-tokoh modernis lainnya.
1.      Kuntowijoyo
Kuntowijoyo (selanjutnya disebut Kunto), pemikir yang dikenal sangat optimis akan masa depan Islam, dan  sosok yang oleh Fakhri Ali dan Bachtiar Efendy dimasukkan dalam kelompok sosialisme-demokrasi Islam disamping Dawam Raharjo dan Adi Sasono ini, lahir di Yogyakarta, 18 September 1943. Pemikiran keislamannya  ditempa dalam berbagai  aktivitas  sosial dan budaya.
Kuntowijoyo dalam bukunya Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi membahas tentang perlunya transformasi kehidupan agama dan organisasi-oranisasi Islam, hubungan agama, negara dan sosial, teologi Islam dan Problema peradaban modern, budaya Islam serta paradigma al-Quran. Semua ajaran tersebut perlu diperjuangkan agar benar-benar tegak di muka bumi.
2.      Nurcholis Madjid
Nurcholis Madjid adalah salah seeorang cendekiawan muslim terkemuka di Indonesia. Pemikirannya menjadi pusat perbincangan banyak kalangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 17 Maret 1939. Riwayat pendidikannya, pagi hari ia sekolah  di sekolah rakyat (SR) dan sorenya  di Madrasah milik ayahnya. Pada usia  14 tahun, ia nyantri di pesantren Darul Ulum,  Rejoso, Jombang.  Di  pesantren ini,  ia memperoleh prestasi-prestasi yang mengagumkan. Tidak selesai di Darul Ulum, ayahnya memindahkannya ke Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Gagasan Nurcholish di awal 1970-an telah menjadi gagasan yang menjadi pusat  perhatian dan dianggap banyak orang sebagai gagasan  kontroversial sehingga banyak orang yang terkejut dengan keberaniannya  melontarkan  gagasan yang dianggap mengganggu kemapanan Islam.
Penguasaan Nurcholis atas pengetahuan keislaman tergolong luar biasa. Dalam tulisan-tulisannya yang dihimpun dalam “Islam Doktrin  dan Peradaban” dapat  ditampilkan keluasan pengetahuannya. Selain masalah teologi,  filsafat, kalam,  sejarah, dan tasauf, ia juga menyoroti ibadah-ibadah  dan hikmah-hikmahnya  secara eksploratif.
Dalam mengamati pola pemikirannya tampaknya terdapat tiga ciri, sebagai berikut:
a.       Pemikirannya dapat diistilahkan sebagai “Islam substantif”. Artinya, dalam mengamalkan Islam yang penting adalah substansinya, isinya, amalnya dan bukan simbolnya atau legal-formalnya.
b.      Di pihak lain, pemikirannya juga bersifat “keislaman, kemodernan dan  keindonesiaan”. Artinya, Islam yang dikembangkannya adalah Islam modern berlandaskan kultur khas Indonesia.
c.       Pola pemikirannya masuk dalam aliran neomodernisme Islam, yaitu aliran yang mencoba mengkonvergensikan Islam modern  dan  Islam tradisional. Pola ini juga menawarkan semangat inklusivisme dalam melakukan aktivitas keidupan beragama.
Tujuan melakukan pemikiran pembaruannya adalah untuk membukakan mata umat Islam Indonesia dari kejumudan berpikir sebagai akibat penjajahan yang telah lama membelenggu kebebasan berpikir umat; atau menurut istilah Nurcolish sebagai daya gerak psikologis (psychological stikes force).
3.      Jalaluddin Rahmat
Jalaluddin Rahmat yang biasa dipanggil Kang Jalal, dilahirkan di Bojongsalam-Bandung pada 29 Agustus 1949. Sejak kecil sampai usia remaja ia tinggal di sana. Kang Jalal hanya memperoleh sentuhan belas kasih ibu (Sadja'ah) seorang, karena sang ayah telah meninggalkan Bandung ke Pulau Sumatera lantaran perjuangan sebagai aktivis Masyumi.
Jalaludin Rahmat menawarkan visi Islam yang menekankan pesan pada dimensi sosialnya. Selama ini umumnya visi Umat Islam lebih berdimensi ritual. Penghayatan semacam ini dinilai telah ikut mereduksi Islam dalam urusan sosial. Padahal, masalah sosial jauh lebih diperhatikan al-Qur'an dan Sunnah daripada yang ritual.
 Dalam bukunya Islam aktual, Jalaluddin Rahmat misalnya begitu berkeinginan agar ajaran Islam yang berkenaan dengan ukhuwah, perhatian terhadap kaum yang lemah, petunjuk dan nasihat bagi para birokrat, pandangan Islam tentang Sains dan teknologi, wanita yang muslimah, perhatian terhadap jasa-jasa orang miskin serta amanah agar benar-benar  dapat diwujudkan di tengah-tengah masyarakat.
4.      Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin al-Afghani dilahirkan pada tahun  1838 di wilayah Kabul, Afghanistan. Di  Kabul ia mempelajari segala cabang ilmu keislaman di samping filsafat dan ilmu eksakta hingga  umur 18 tahun. Kemudian ia pergi ke India dan  tinggal di sana selama satu  tahun sebelum menunaikan  ibadah haji  tahun 1857.
Gagasan utama Afghani adalah Pan-Islamisme, yakni gagasan menyatukan seluruh kaum muslimin ke dalam satu ikatan  kerja sama demi menghadapi hegemoni Barat. Namun, gagasannya ini tidak memperoleh keberhasilan mengingat begitu besarnya  tantangan  yang dihadapi, baik tantangan  dari luar maupun kondisi internal dari kaum muslim  sendiri.  
Jamaluddin melihat empat penyakit yang menggerogoti Islam ; dan menawarkan delapan cara terapinya. Ke empat penyakit itu ialah:
1.    Absolutisme dalam mesin pemerintahan,
2.    Sifat Kepala batu dan kebodohan masyarakat muslim serta keterbelakangan mereka dalam ilmu dan peradaban,
3.    Tersiarnya ide-ide yang korup dalam bidang agama dan non agama,
4.    Pengaruh kolonialisme Barat.
Sesuai dengan empat penyakit itu, Jamaluddin memberikan delapan hal sebagai obat, sebagaimana ditulis oleh Murtadha Muthahhari dalam islamic movement of the twentieth contury :
1.      Bangkitkan kesadaran berpolitik melawan absolutisme. Harus dijelaskan kepada massa bahwa perjuangan politik adalah kewajiban agama, bahwa  tidak ada pemisahan antara agama dan politik; bahwa setiap orang harus terlibat dalam nasib politik negara dan masyarakat Islam.

2.      Lengkapi diri dengan sains dan teknologi modern. Dominasi Barat  terjadi karena keunggulan dalam sains dan teknologi. Kaum muslim tidak harus menolak segala hal yang datang dari Barat. Mereka harus belajar dari Barat, tetapi bukan mengadopsi peradaban mereka, sains dan teknologilah yang harus mereka kuasai.

3.      Kembali kepada Islam yang sebenarnya. Praktek-praktek korup dan tambahan-tambahan yang tidak bermanfaat dalam pengamalan Islam harus dibuang, umat harus dikembalikan kepada Al-Quran, Al-Sunnah, dan kehidupan suci pada zaman permulaan Islam.

4.      Hidupkan akidah Islam sebagai akidah yang komprehensif dan independen. Islam adalah agama sains dan kerja keras, agama yang menuntut tanggung jawab, agama yang memuliakan akal, dan membenci takhayul. Dia menganjurkan murid-muridnya untuk menghidupkan kembali filsafat dalam khazanah pemikiran Islam.

5.      Lawan kolonialisme asing. Penjajah asing di dunia Islam bukan hanya mengandung implitasi eksploitasi politik, tetapi juga dominasi ekonomi dan budaya. Kaum muslim harus disadarkan bahwa sekularisme adalah taktik barat untuk melepaskan pengaruh Islam dalam masyarakat. Harus ditegaskan bahwa kultur barat tidak akan membawa kemakmuran manusia. Kultur barat adalah kultur penindasan.

6.      Tegakkan persatuan Islam. Untuk melawan invasi barat, kaum muslim harus bersatu. Bersatu tidaklah berarti menyatukan mazhab. Bersatu berarti menyatukan front politik dan organisasi. Ia mengecam pembagian Islam dalam negara-negara kecil dan mengkhutbahkan pan-Islamisme.

7.      Infuskan ruh jihad ke jasad masyarakat Islam yang setengah mati.  Menghadapi kehancuran akibat barat, kaum muslim harus menegakkan Islam sebagai agama perlawanan dan perjuangan.

8.      Hilangkan rasa rendah diri dan rasa takut terhadap Barat. Lewat sebuah cerita kiasan dalam Al-‘Urwah Al-Wutsqa, ia mengingatkan kaum muslim bahwa ketakutan terhadap barat adalah ilusi yang dibentuk sendiri. Kaum muslim tidak boleh takut terhadap ingar-bingar suara barat. Diperlukan orang yang menantang maut untuk menjatuhkan kepongahan barat.
Dari kedelapan “resep” Jamaluddin, kita melihat sikap tegarnya untuk menghadirkan Islam sebagai agama jihad yang mampu melawan barat, Islam yang bersih, yang ‘aqliyyah, yang mendukung sains dan teknologi yang menolak absolutisme dan penghambaan. Gerakan yang dirintis oleh Jamaluddin Al-Afghani memang gerakan intelektual, sosial dan politikal.
Sehubungan dengan pemikiran muslim dalam menghadapi modernisasian, telah banyak produk pemikiran yang telah dihasilkan. Satu pemikir dengan pemikir lainnya masing-masing memiliki perbedaan cara pandang, wawasan dan produk pemikirannya. Namun kalau kita analisis secara cermat, semua pemikiran ini akan berakhir pada satu muara, yakni bagaimana cara terbaik untuk membebaskan kaum muslim dari kemunduran dan keterbelakangannya vis a vis peradaban modern.
E.     Upaya Islam Aktual Membenahi Islam kedepan

Kita telah melihat banyak problema yang dihadapi oleh umat Islam  yang perlu dipecahkan sungguh-sungguh di zaman sekarang. Dari soal ukhuwwah Islamiyah yang masih rentan sampai soal kepemimpinan dan keberanian berkurban, ada celah-celah yang pantas segera kita benahi lewat Islam aktual, Glasnost, perestroika, globalisasi, dan semacamnya adalah input bagi umat Islam untuk mengadakan perbaikan dan perubahan-perubahan mendesak dan perlu.

1.      Aktualisasi dalam Sistem Pendidikan
Sesuai perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi, maka aktualisasi nilai-nilai al-Quran menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai-nilai qurani sebagai upaya pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, maju dan mandiri.
Islam adalah agama yang mengajarkan keterbukaan, terutama sekali dalam mengambil hikmah. Kini sudah muncul kesadaran baru di kalangan kaum Muslim. Sebuah gelombang peradaban baru tengah lahir, yaitu peradaban Islam yang terbuka, yang mau belajar dari mana pun, yang tidak fanatik mazhab, yang nonsektarian, dan yang mencintai dialog.
Secara normatif, tujuan yang ingin dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai al-quran dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan.
Pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, takwa dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan mua’malah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Pendidikan akhlak menekankan pada sikap, tabiat dan prilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan anak didik dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantab dan mandiri, tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor ajar (lingkungan), dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman. Faktor dasar dikembangkan dan ditingkatkan melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan bertingkahlaku menurut norma-norma Islam. Sedangkan faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma Islam seperti teladan, nasehat, anjuran, ganjaran, pembiasaan, hukuman, dan pembentukan lingkungan serasi.
Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, profesional, inovatif dan produktif. Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga poses yaitu analisis, kreativitas, dan praktis.
Upaya yang dilakukan dalam pendidikan nilai-nilai qur’ani sudah tentu tidak cukup di sekolah. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya adalah lembaga yang mempunyai peran pendidikan Islam, lembaga keluarga ini menjadi perhatian utama. Sebab, sebagai unit terkecil dari masyarakat, kualitas keluarga akan mempunyai dampak langsung terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Karena itu keluarga disebut lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Hal ini  dapat dipahami bahwa keluarga tidak dapat lepas dari pendidikan bahkan di siniah pertama sekali anak menerima ilmu pengetahuan, sebelum ia mendapatkannya dari lembaga lain.
Dengan mengacu kepada al-Quran, kita dapat mengatakan bahwa tugas manusia adalah beribadah kepada Tuhan dalam  artian umum, bukan hanya  ibadah dalam artian khusus atau mahdlah.
Adapun tugas ibadah dalam artian khusus adalah menyembah Allah dengan cara-cara  yang secara teknis telah  diatur dalam sunnah. Sedangkan yag dimaksud tugas ibadah dalam pengertian umum adalah adanya keyakinan bahwa  seluruh perbuatan kita yang bersifat horizonntal semata-mata diperuntukan bagi Allah. Oleh karena itu, menolog sesama, menghomati orang tua, mendo’akan yang terkena musibah, serta kegiatan lainnya merupakan ibadah kepada Allah.
Bila konsep-konsep dasar pandangan dunia Islam diaktualisasikan dalam segenap kecanggihannya pada berbagai tingkat masyarakat dan peradaban, maka akan dihasilkan ssuatu infrastruktur terpadu untuk pendistribusian ilmu pengetahuan. Paling tidak, lima konsep Islam bersangkut paut langsung dengan pendistribusian informsi: ‘adl (keadilan), ‘ilm (ilmu pengetahuan), ‘ibadah (ibadat), khalifah (perwalian), dan waqf (wakaf). Bila sejarah awal Islam  ditela’ah, maka akan terungkap betapa kelima konsep ini telah diberi bentuk praktis dan melahirkan suatu infrastruktur yang sangat canggih bagi pendistribusian informasi dan ilmu pengetahuan.
2.      Aktualisasi Teologi Islam
Ketika kita mencoba untuk melakukan upaya aktualisasi teologi Islam, persoalan yang perlu di kedepankan adalah apa sebenarnya urgensi teologi Islam dalam wacana pemikiran Islam. Hal ini adalah sesuatu yang niscahya karena pengetahuan radikal akan urgensitasnya akan menjadikan upaya pembangunan teologi Islam aktual menjadi sesuatu yang tidak bersifat artifisial.
Teologi Islam merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang paling fundamental dalam bangunan keislaman. Hal tersebut tidak lain karena teologi Islam sangat bersentuhan sekali dengan aspek-aspek kaidah atau pokok-pokok keimanan manusia. Posisi dan fungsi kaidah itu sendiri sangat urgen dalam membentuk perilaku keberagaman dalam kehidupan setiap orang. Teologi merupakan bidang strategi sebagai landasan upaya pembaharuan pemahaman dan pembinaan umat Islam.
Posisi strategi yang dimiliki teologi Islam inilah yang mendorong adanya upaya aktualisasi sebagai wujud elan vital-nya dalam merespons berbagai persoalan keinginan. Di samping itu, adanya kesadaran bahwa Islam, yang tercakup didalamnya aspek tauhid, adalah norma kehidupan yang sempurna yang dapat beradaptasi dalam setiap ruang dan waktu. Firman Allah adalah abadi dan universal yang mencakup seluruh aktivitas dari keseluruhan suasana kemanusiaan tanpa membedakan aspek spritual atau duniawi.
Uraian diatas setidaknya telah memberikan gambaran akan urgensitas pembentukan teologi Islam aktual agar teologi Islam menjadi relevans dan sekaligus mengembalikan elan vital-nya dalam menjawab problematika yang melingkupinya
Permasalahannya sekarang adalah apakah dengan melakukan reoreintasi terhadap bangunan ilmu teologi Islam tersebut tidak meredukasi atau menyimpangkan dari bangunan teologi Islam yang telah establish?
Relevans dengan pertanyaan diatas ada baiknya kita kemukakan di sini pemikiran teologi Islam kontemporer seperti yang dijelaskan oleh Hasan Hanafi, salah seorang intelektual muslim kontemporer. Beliau menyadari adanya perbedaan orientasi teologi Islam masa klasik dan kontemporer, sehingga beliau mengajukan konsep teologi Islam – ia menyebutkan ilmu ushuluddin – sebagai ilmu yang membaca dalam kaidah atau dogma Islamiya dalam kenyataan kaum muslimin yang berupa penjajahan, keterbelakangan, ketertindasan, kemiskinan, keterasingan, keterpecah- belahan, dan ketidak pedulian.
Di samping itu, ilmu ini juga membaca dalam kaidah itu sendiri kebebasan, unsur-unsur kemajuan dan syarat-syarat kebangkitan sesuai dengan kebutuhan masa kini yang dulunya dibangun oleh para pendahulu sebagai jawaban atas kebutuhan masa mereka.
Pada saat itu akidah terancam akibat pertemuan dengan berbagai aliran, paham, agama dan budaya sehingga perlu penjelasan rasional yang memungkinkan tegaknya akidah Islam ketika berhadapan dengan serbuan dari berbagai penjuru. Problematika yang dihadapi umat Islam sangat berbeda, yang dibutuhkan umat Islam pada masa kini adalah persoalan kenyataan kehidupan kaum muslim.
Dunia Islam terkenal dengan kekeyaan yang melimpah dan kemiskinan yang mengenaskan sekaligus. Umat Islam sedang terpuruk di hadapan superioritas peradaban Barat. Oleh karena itu, struktur bangunan keilmuan ini lebih ditekankan pada pembahasan yang lebih beriorientasi kepada kesadaran manusia sebagai makhluk yang berdaya melakukan perubahan.
Pada sisi lain, agar teologi Islam mempunyai kajian yang lebih luas dan lebih relevans dengan konteks keinginan, orientasinya sebagai sebuah ilmu perlu diubah, teologi Islam harus dijadikan tidak lebih dari sebuah falsafah tentang teologi Islam, oleh karenanya, usaha untuk mengembangkan teologi Islam, menjadi sesuatu yang mungkin. Orang menjadi tidak segan lagi mempertanyakan ulang dan meninjau kembali gagasan pemikiran yang telah dicetak para pemikir terdahulu yang nota bane mempunyai tantangan berbeda sesuai dengan zaman yang melingkupinya pada saat itu.
Teologi Islam, dengan demikian, akan mempunyai ruang gerak yang luas dan mengejawantah menjadi sebuah teologi Islam aktual, teologi Islam yang relevans dan mampu merespons dan memberikan solusi terhadap problem-problem kikinian. Pembentukan teologi Islam aktual yang relevans dengan berbagai persoalan kontemporer dengan demikian dapat terwujud.
3.      Pembaruan dalam  Islam
Pembaruan dalam  Islam (modernisme Islam) dirintis oleh Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897), dikembangkan oleh Muhammad Abduh  (1849-1905) dan dilanjutkan oleh Rasyid Ridho (1865-1935). Gerakan  ini tumbuh di Mesir, pusat intelektual Islam, berusaha menyaring kemajuan Barat dan menyesuaikan perikehidupan umat Islam. Mereka menolak bersandar  kepada kejayaan Islam masa lampau dan lebih memilih hikmah yang   ada padanya, kemudian  menghidupkannya  di tengah-tengah kaum muslimin dalam pemikiran-pemikiran politik, sosial dan agama secara langsung  atau dengan tulisan-tulisan yang disiarkan dalam  majalah.
Ide-ide dasarnya adalah sebagai berikut:
1)      Kembali pada sumber ajaran-ajaran  dasar Islam yang sebenarnya.
2)      Pintu ijtihad terbuka, untuk mengadakan pemahaman yang berasal dari sumber (Qur’an dan Hadis) yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman (interpretasi baru).
3)      Untuk dapat berijtihad, akal mempunyai kedudukan  yang tinggi.
4)      Percaya kepada hukum alam (natural  laws,  sunatullah). Hukum alam tidak bertentangan dengan Islam yang sebenarnya, maka ilmu pengetahuan modern yang berdasarkan hukum alam dan Islam yang sebenarnya yang berdasarkan wahyu, tak bertentangan. Ilmu pengetahuan modern mestinya sesuai dengan Islam.  Sekarang yang maju Barat, untuk mencapai kemajuan yang pernah dicapai pada masa lampau, yang sekarang telah hilang dan dimiliki oleh Barat umat Islam harus kembali mempelajari ilmu Pengetahuan.
5)      Percaya kepada kebebasan kemauan dan perbuatan (free will and free act atau paham qadariyah)

4.      Keberhasilan Gerakan Islam
Gerakan Islam akan berhasil dalam merealisaskan solusi Islam, mendirikan masyarakat Islam, dan mulai menghirup udara Islami,  jika krieria di bawah ini terpenuhi.
Ø  Generasi Islam
Pergerakan harus mampu membentuk generasi muslim yang berpegang teguh terhadap agama. Generasi ini merupakan penopang dan sasaran bagi pembentukan masyarakat yang Islami yang dinantikan.
Generasi muslim ini melengkapi karakteristik mereka dengan hal-hal sebagai berikut:
a.       Beriman secara mendalam terhadap risalah, keluhuran tujuannya, keabsahan metodenya, dan mendukungnya.
b.      Moral keimanan, berupa pengorbanan dan perjuangan, sikap sabar, berani dan berkorban sekuat tenaga, ikhlas dan jujur.
c.       Kesadaran yang komprehensif, yang meliputi kesadaran terhadap risalah, terhadap Tuhan dan terhadap sikap hidup.
d.      Keterikatan yang kuat terhadap dakwah.
e.       Melaksanakan dakwah secara kontinu. Menyebarkan dakwah dan menyerahkan pasukan-pasukan dakwah tanpa keterpaksaan, kebosanan, kesia-siaan dan keterhentian di tengah jalan dalam kondisi apa pun.
f.       Menyebarluaskan dakwah ke segala penjuru, baik  formal maupun informal, kepada rakyat maupun militer.
g.      Hendaknya generasi ini  mencakup beberapa kalangan cendekiawan, pemimpin, pihak yang kompeten di segala bidang spesialisasi dan bidang keilmuan seperti sastra, teori dan praktik, sehingga mereka menjadi orang-orang yang dipercaya masyarakat.

KESIMPULAN

 Islam aktual itu adalah suatu peristiwa atau kajian Islam yang terjadi pada zaman sekarang atau zaman modern. Islam aktual juga bisa dikatakan sebagai Islam yang nyata atau benar-benar terjadi pada masa kini dan tercermin dari prilaku dan tindakan pemeluknya.
Pemikiran modern muncul sebagai akibat adanya penafsiran baru atas ayat Qur’an dan hadis Nabi yang coba disesuaikan dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan yang dibawa bangsa Barat.
Semua pemikir modern berasumsi bahwa kalau Islam ingin survive dan berhadapan dengan pekembangan modern, ia harus mengalami redefinisi, rekonstruksi, rektualisasi. Bagaimana mewujudkan penafsiran yang hasilnya dapat membuat Islam bertahan dalam zaman modern ini?.
Dengan demikian Islam aktual menitikberatkan pada perilaku atau tindakan para pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Perkembangan zaman yang melesat tajam menuntut para penganut Islam untuk bisa menyesuaikan diri dan melakukan tindakan-tindakan nyata untuk mempertahankan dan memajukan eksistensi Islam.



DAFTAR PUSTAKA
       
Al Qaradhawi, Yusuf, al-Hall al-Islami, Faridhatun wa Dharuratun, alih bahasa:                M. Wahid Aziz, Konsep Islam  Solusi Utama Bagi Umat, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004

Esha, Muhammad In’am, Teologi Islam, Malang: UIN Malang Press, 2003

Hakim, Atang Abd dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosolakarya, 2011

Husain, Said Agil, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani  dalam Sistem Pendidikan Islam, Ciputat: PT Ciputat Press, 2005

Mustofa, Imam, Ijtihad Kolektif-Integratif: Upaya Pengembangan Fiqh Mu’amalah Kontekstual Sebagai Landasan Pengembangan Produk Lembaga Bisnis Syari’ah, ttp: tnp, 2013

Mujtahid, “Pemikiran Islam Empat Mazhab Indonesia: M. Amien Rais, Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid dan Jalaluddin Rahmat”, dalam http://www.uin-malang.ac.id, 13 Desember 2013
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2012

--------------, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001

Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual, Bandung: Mizan, 1991

Sardar, Ziauddin, Information and the Muslim World: A Strategy For the Twenty-First Century, alih bahasa: Priyono dan Ilyas Hasan, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Bandung: Mizan, 1996

Saefuddin, Didin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam: Biografi Intelektual        17 Tokoh, Jakarta: PT Grasindo, 2003
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012


0 komentar:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com