PENDAHULUAN
A.
LATARBELAKANG MASALAH
Perkembangan zaman yang semakin maju
membuat semua aspek-aspek kehidupan terpaksa harus beradaptasi. Begitu juga
Islam, yang tidak bisa terus berkutat dalam prilaku tradisonal. Apa yang sudah
dikonsepsikan dalam kitab suci al-quran, al-sunnah dan pendapat para ulama
belum bisa menjawab masalah-masalah yang terjadi saat ini. Keadaan ini memaksa
munculnya Islam aktual yang merupakan tafsiran atau pemahaman yang relatif dan
bersifat sementara.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian Islam aktual sebenarnya?
2.
Apa
ciri-ciri dari Islam aktual?
3.
Apa
latarbelakang munculnya Islam?
4.
Siapa
tokoh-tokoh penggagas Islam aktual aktual?
5.
Bagaimana upaya Islam aktual membenahi Islam
kedepan?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Mengetahui
pengertian Islam aktual.
2.
Mengetahui
ciri-ciri Islam aktual.
3.
Mengetahui
latarbelakang munculnya Islam aktual.
4.
Mengetahui
tokoh-tokoh penggagas Islam aktual.
5.
Mengetahui upaya Islam
aktual membenahi Islam kedepan.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Islam Aktual
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Harun
Nasution mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama), adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui
Nabi Muhammad Saw.
Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang
khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai
literatur yang berbicara tentang Islam dapat dijumpai uraian pengertian agama Islam,
sumber dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya. Islam mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan antara manusia dengan
manusia lain dalam kehidupan sosial dan alam sekitarnya (horizontal).
Sedangkan
kata aktual berasal dari bahasa Inggris actual yang berarti keadaan yang
sebenarnya, memang betul-betul dan sesungguhnya. Kata aktual juga bisa diartikan
sebagai suatu kajian atau peristiwa terhangat yang
terjadi pada saat ini, juga bisa dikatakan sebagai peristiwa-peristiwa hangat
yang terjadi pada zaman modern ini. Jadi yang dinamakan dengan Islam aktual itu
adalah suatu peristiwa atau kajian Islam yang terjadi pada zaman sekarang atau
zaman modern.
Islam aktual adalah sebuah respon dari kalangan penganut Islam
tentang perlunya langkah-langkah dan usaha-usaha yang sungguh-sungguh untuk
mewujudkan ajaran Islam yang sudah terumuskan secara konseptual dalam kitab
suci, al-Sunnah dan pendapat para ulama dalam kenyataan yang sesungguhnya pada
perilaku umatnya.
B.
Ciri-ciri Islam Aktual
Islam adalah agama yang memiliki watak shalih li kulli zamanin
wa makanin (kontekstual di setiap zaman dan tempat). Ia juga universal,
artinya berlaku menyeluruh untuk semua bangsa, keadaan dan waktu. Di samping
watak Islam yang merombak situasi dan kondisi zaman ke arah yang lebih baik,
dalam beberapa hal ia juga dapat mengalami perubahan penafsiran sesuai konteks
zaman atas landasan teks yang terdapat dalam Qur’an dan Sunnah. Tetapi, yang
dapat mengalami perubahan penafsiran ini hanya tertuju pada ayat-ayat yang
bersifat muamalah, sebab ayat-ayat yang bersifat ubudiyah harus diambi apa
adanya (taken for granted).
Menurut Harun Nasution, apabila dibedakan, dalam ajaran Islam itu
sendiri terdapat dua hal pokok, yaitu pertama ajaran Islam yang absolut, mutlak
dan tidak boleh mengalami perubahan; kedua, ajaran yang boleh mengalami perubahan
dan penafsiran baru sesuai konteks zaman.
Islam aktual memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Islam
yang tampak dalam perilaku pemeluknya sebagai realisasi atau pengamalan dari
ajaran Islam yang terdapat dalam al-Quran, al-Sunnah dan pendapat para ulama.
2.
Islam
yang berupaya sungguh-sungguh agar ajaran Islam terdapat dalam al-Quran, al-Sunnah
dan pendapat para ulama tersebut terlihat dalam kenyataan empirik dan perilaku.
3.
Karena
sifatnya pengamalan, maka Islam aktual adalah Islam yang telah mempribadi.
Dalam prosesnya, Islam aktual ini akan bersinggungan atau dipengaruhi oleh
berbagai faktor dimana Islam dipraktekan.
4.
Karena
sifanya yang telah mempribadi, maka Islam aktual akan menemukan bentuknya yang amat bervariasi dan beragam,
sungguhpun sumbernya tetap satu.
5.
Sifatnya
sangat pribadi, dan karena sulit sekali untuk dicarikan rumusan atau definisi
tentang Islam yang dapat dipakai oleh seluruh umat manusia. Definisi yang dapat
diterima seluruh umat adalah definisi yang terdapat dalam kitab suci.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut,
tampak jelas bahwa Islam aktual adalah Islam yang dihayati dan dipraktekkan
dalam kenyataan hidup sehari-hari di masyarakat. Serta dalam interaksinya dalam
memecahkan berbagai masalah sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan lain
sebagainya.
C.
Latarbelakang Munculnya Islam Aktual
Proses
globalisasi diperkirakan semakin bertambah cepat pada masa mendatang, Colin
Rose sebagaimana dikutip Nur Kholish menyayakan bahwa dunia sedang berubah dengan kecepatan langkah yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Masyarakat muslim, sebagai bagian dari
masyarakat global tidak lepas dari dampak globalisasi dengan perkembangan
produknya.
Islam
aktual muncul sebagai reaksi terhadap kondisi umat Islam yang merasa cukup
meyakini agamanya sebagai agama yang unggul dibandingkan umat agama lainnya,
namun dalam prakteknya tidak sesuai dengan Islam yang konseptual dan unggul
itu. Islam aktual menginginkan agar umat Islam mengamalkan ajaran agamanya
secara aktual.
Kini, khususnya pada kalangan anak-anak muda, ikhtiaf mazhab
tidak lagi menjadi fokus perhatian. Buat mereka, tantangan yang dihadapi umat Islam
jauh lebih besar daripada perbedaan dalam cara-cara beribadah.
Anak-anak muda Islam tidak
lagi berdebat tentang mana yang sunnah dan mana yang bid’ah. Mereka berdiskusi
tentang islamisasi sains, ekonomi, politik, kebudayaan dan masyarakat. Yang
menjadi persoalan bukan bagaimana cara
berhaji yang sah, tetapi bagaimana menghadapi pejabat yang tidak mau naik haji. Bukan lagi
mempersoalkan berapa rekaat shalat
terawih yang disunnahkan, tetapi berapa orang karyawan yang tidak mau
melakukan shalat tarawih. Bukan lagi
mendebatkan soal perbedaan faqir dan
miskin, tetapi bagaimana meningkatkan
kualitas hidup keduanya.
Yang menyebabkan Islam kini lebih terbuka, lebih sosial, dan lebih
nonsektarian (tidak fanatik mazhab) adalah:
1.
Tingkat
rata-rata kaum muslim yang lebih tinggi daripada sebelumnya ditambah arus
informasi internasional yang lebih besar menumbangkan sekat-sekat mazhab.
2.
Ikhtilaf
mazhab fiqih yang biasanya berkenaan dengan hal-hal yang ritual
dirasakan tidak lagi relevan dengan tuntutan zaman. Anda menghargai orang bukan
karena shalatnya sama seperti shalat Anda, tetapi karena ia memberikan
kontribusi kepada kepentingan Islam lebih besar daripada kontribusi Anda.
Islam aktual muncul karena dilatarbelakangi oleh semangat untuk
menggalakkan ajaran Islam, sehingga ajaran Islam dapat dirasakan keberadaanya
di tengah-tengah masyarakat. Apa yang sudah dikonsepsikan dalam kitab suci
al-Quran, al-Sunnah dan pendapat para ulama belum dapat berbuat apa-apa, atau
belum dapat mengubah keadaan umat manusia, kecuali jika ajaran-ajaran yang
dikonsepsikan itu telah diwujudkan dalam kenyataan empirik.
D.
Tokoh-tokoh Penggagas Islam Aktual
Para
tokoh di kalangan muslim mulai merenungkan kemungkinan untuk mengadopsi ide-ide
baru yang dibawa kaum pendatang Eropa. Oleh karena itu, dimulailah era baru
dengan dirumuskannya “pemikiran modern” di kalangan masyarakat muslim.
Pemikiran
modern di kalangan umat Islam muncul seiring dengan malaise total yang terjadi
akibat tidak adanya upaya menerjemahkan Islam dalam menghadapi kecenderungan
baru. Perkembangan baru yang diakibatkan oleh persentuhan dengan kultur barat
ini mengakibatkan tersisihnya umat Islam di pojok-pojok keterbelakangan.
Munculnya paham Islam aktual di Indonesia antara lain dimotori oleh
Jalaluddin Rahmat, Kuntowijoyo, Syafi’i Ma’arif dan tokoh-tokoh modernis
lainnya.
1.
Kuntowijoyo
Kuntowijoyo
(selanjutnya disebut Kunto), pemikir yang dikenal sangat optimis akan masa
depan Islam, dan sosok yang oleh Fakhri
Ali dan Bachtiar Efendy dimasukkan dalam kelompok sosialisme-demokrasi Islam
disamping Dawam Raharjo dan Adi Sasono ini, lahir di Yogyakarta, 18 September
1943. Pemikiran keislamannya ditempa
dalam berbagai aktivitas sosial dan budaya.
Kuntowijoyo
dalam bukunya Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi membahas tentang
perlunya transformasi kehidupan agama dan organisasi-oranisasi Islam, hubungan
agama, negara dan sosial, teologi Islam dan Problema peradaban modern, budaya
Islam serta paradigma al-Quran. Semua ajaran tersebut perlu diperjuangkan agar
benar-benar tegak di muka bumi.
2.
Nurcholis
Madjid
Nurcholis Madjid adalah salah
seeorang cendekiawan muslim terkemuka di Indonesia. Pemikirannya menjadi pusat
perbincangan banyak kalangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia
dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 17 Maret 1939. Riwayat
pendidikannya, pagi hari ia sekolah di
sekolah rakyat (SR) dan sorenya di
Madrasah milik ayahnya. Pada usia 14
tahun, ia nyantri di pesantren Darul Ulum, Rejoso, Jombang. Di
pesantren ini, ia memperoleh
prestasi-prestasi yang mengagumkan. Tidak selesai di Darul Ulum, ayahnya
memindahkannya ke Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Gagasan Nurcholish di awal 1970-an
telah menjadi gagasan yang menjadi pusat
perhatian dan dianggap banyak orang sebagai gagasan kontroversial sehingga banyak orang yang
terkejut dengan keberaniannya
melontarkan gagasan yang dianggap
mengganggu kemapanan Islam.
Penguasaan Nurcholis atas
pengetahuan keislaman tergolong luar biasa. Dalam tulisan-tulisannya yang
dihimpun dalam “Islam Doktrin dan
Peradaban” dapat ditampilkan keluasan
pengetahuannya. Selain masalah teologi,
filsafat, kalam, sejarah, dan
tasauf, ia juga menyoroti ibadah-ibadah
dan hikmah-hikmahnya secara
eksploratif.
Dalam mengamati pola pemikirannya
tampaknya terdapat tiga ciri, sebagai berikut:
a.
Pemikirannya dapat diistilahkan
sebagai “Islam substantif”. Artinya, dalam mengamalkan Islam yang penting
adalah substansinya, isinya, amalnya dan bukan simbolnya atau legal-formalnya.
b.
Di pihak lain, pemikirannya juga
bersifat “keislaman, kemodernan dan
keindonesiaan”. Artinya, Islam yang dikembangkannya adalah Islam modern
berlandaskan kultur khas Indonesia.
c.
Pola pemikirannya masuk dalam
aliran neomodernisme Islam, yaitu aliran yang mencoba mengkonvergensikan Islam
modern dan Islam tradisional. Pola ini juga menawarkan
semangat inklusivisme dalam melakukan aktivitas keidupan beragama.
Tujuan
melakukan pemikiran pembaruannya adalah untuk membukakan mata umat Islam
Indonesia dari kejumudan berpikir sebagai akibat penjajahan yang telah lama
membelenggu kebebasan berpikir umat; atau menurut istilah Nurcolish sebagai
daya gerak psikologis (psychological stikes force).
3.
Jalaluddin
Rahmat
Jalaluddin
Rahmat yang biasa dipanggil Kang Jalal, dilahirkan di Bojongsalam-Bandung pada
29 Agustus 1949. Sejak kecil sampai usia remaja ia tinggal di sana. Kang Jalal
hanya memperoleh sentuhan belas kasih ibu (Sadja'ah) seorang, karena sang ayah
telah meninggalkan Bandung ke Pulau Sumatera lantaran perjuangan sebagai
aktivis Masyumi.
Jalaludin Rahmat menawarkan visi
Islam yang menekankan pesan pada dimensi sosialnya. Selama ini umumnya visi
Umat Islam lebih berdimensi ritual. Penghayatan semacam ini dinilai telah ikut
mereduksi Islam dalam urusan sosial. Padahal, masalah sosial jauh lebih
diperhatikan al-Qur'an dan Sunnah daripada yang ritual.
Dalam
bukunya Islam aktual, Jalaluddin Rahmat misalnya begitu berkeinginan agar
ajaran Islam yang berkenaan dengan ukhuwah, perhatian terhadap kaum yang lemah,
petunjuk dan nasihat bagi para birokrat, pandangan Islam tentang Sains dan
teknologi, wanita yang muslimah, perhatian terhadap jasa-jasa orang miskin
serta amanah agar benar-benar dapat
diwujudkan di tengah-tengah masyarakat.
4.
Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin
al-Afghani dilahirkan pada tahun 1838 di
wilayah Kabul, Afghanistan. Di Kabul ia
mempelajari segala cabang ilmu keislaman di samping filsafat dan ilmu eksakta
hingga umur 18 tahun. Kemudian ia pergi
ke India dan tinggal di sana selama
satu tahun sebelum menunaikan ibadah haji
tahun 1857.
Gagasan utama Afghani adalah
Pan-Islamisme, yakni gagasan menyatukan seluruh kaum muslimin ke dalam satu
ikatan kerja sama demi menghadapi
hegemoni Barat. Namun, gagasannya ini tidak memperoleh keberhasilan mengingat
begitu besarnya tantangan yang dihadapi, baik tantangan dari luar maupun kondisi internal dari kaum
muslim sendiri.
Jamaluddin melihat empat penyakit
yang menggerogoti Islam ; dan menawarkan delapan cara terapinya. Ke empat
penyakit itu ialah:
1. Absolutisme dalam mesin pemerintahan,
2. Sifat Kepala batu dan kebodohan masyarakat muslim serta
keterbelakangan mereka dalam ilmu dan peradaban,
3. Tersiarnya ide-ide yang korup dalam bidang agama dan non agama,
4. Pengaruh kolonialisme Barat.
Sesuai dengan
empat penyakit itu, Jamaluddin memberikan delapan hal sebagai obat, sebagaimana
ditulis oleh Murtadha Muthahhari dalam islamic
movement of the twentieth contury :
1.
Bangkitkan kesadaran berpolitik melawan absolutisme. Harus dijelaskan kepada massa bahwa perjuangan politik adalah
kewajiban agama, bahwa tidak ada
pemisahan antara agama dan politik; bahwa setiap orang harus terlibat dalam
nasib politik negara dan masyarakat Islam.
2.
Lengkapi diri dengan sains dan teknologi modern. Dominasi Barat terjadi
karena keunggulan dalam sains dan teknologi. Kaum muslim tidak harus menolak
segala hal yang datang dari Barat. Mereka harus belajar dari Barat, tetapi
bukan mengadopsi peradaban mereka, sains dan teknologilah yang harus mereka
kuasai.
3.
Kembali kepada Islam yang sebenarnya. Praktek-praktek korup dan tambahan-tambahan yang tidak bermanfaat
dalam pengamalan Islam harus dibuang, umat harus dikembalikan kepada Al-Quran,
Al-Sunnah, dan kehidupan suci pada zaman permulaan Islam.
4.
Hidupkan akidah Islam sebagai akidah yang komprehensif dan
independen. Islam adalah agama sains dan kerja
keras, agama yang menuntut tanggung jawab, agama yang memuliakan akal, dan
membenci takhayul. Dia menganjurkan murid-muridnya untuk menghidupkan kembali
filsafat dalam khazanah pemikiran Islam.
5.
Lawan
kolonialisme asing. Penjajah
asing di dunia Islam bukan hanya mengandung implitasi eksploitasi politik,
tetapi juga dominasi ekonomi dan budaya. Kaum muslim harus disadarkan bahwa
sekularisme adalah taktik barat untuk melepaskan pengaruh Islam dalam
masyarakat. Harus ditegaskan bahwa kultur barat tidak akan membawa kemakmuran
manusia. Kultur barat adalah kultur penindasan.
6.
Tegakkan persatuan Islam.
Untuk melawan invasi barat, kaum muslim harus bersatu. Bersatu tidaklah berarti
menyatukan mazhab. Bersatu berarti menyatukan front politik dan organisasi. Ia mengecam pembagian Islam dalam
negara-negara kecil dan mengkhutbahkan pan-Islamisme.
7.
Infuskan ruh jihad ke jasad masyarakat Islam yang setengah mati. Menghadapi kehancuran
akibat barat, kaum muslim harus menegakkan Islam sebagai agama perlawanan dan
perjuangan.
8.
Hilangkan rasa rendah diri dan rasa takut terhadap Barat. Lewat sebuah cerita kiasan dalam Al-‘Urwah Al-Wutsqa, ia mengingatkan kaum muslim bahwa ketakutan
terhadap barat adalah ilusi yang dibentuk sendiri. Kaum muslim tidak boleh
takut terhadap ingar-bingar suara barat. Diperlukan orang yang menantang maut
untuk menjatuhkan kepongahan barat.
Dari kedelapan
“resep” Jamaluddin, kita melihat sikap tegarnya untuk menghadirkan Islam
sebagai agama jihad yang mampu melawan barat, Islam yang bersih, yang ‘aqliyyah, yang mendukung sains dan
teknologi yang menolak absolutisme dan penghambaan. Gerakan yang dirintis oleh
Jamaluddin Al-Afghani memang gerakan intelektual, sosial dan politikal.
Sehubungan
dengan pemikiran muslim dalam menghadapi modernisasian, telah banyak produk
pemikiran yang telah dihasilkan. Satu pemikir dengan pemikir lainnya
masing-masing memiliki perbedaan cara pandang, wawasan dan produk pemikirannya.
Namun kalau kita analisis secara cermat, semua pemikiran ini akan berakhir pada
satu muara, yakni bagaimana cara terbaik untuk membebaskan kaum muslim dari
kemunduran dan keterbelakangannya vis a vis peradaban modern.
E.
Upaya Islam
Aktual Membenahi Islam kedepan
Kita telah melihat banyak problema yang
dihadapi oleh umat Islam yang perlu
dipecahkan sungguh-sungguh di zaman sekarang. Dari soal ukhuwwah Islamiyah yang
masih rentan sampai soal kepemimpinan dan keberanian berkurban, ada celah-celah
yang pantas segera kita benahi lewat Islam aktual, Glasnost, perestroika, globalisasi,
dan semacamnya adalah input bagi umat Islam untuk mengadakan perbaikan
dan perubahan-perubahan mendesak dan perlu.
1.
Aktualisasi dalam Sistem Pendidikan
Sesuai
perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai akibat kemajuan ilmu dan
teknologi, terutama teknologi informasi, maka aktualisasi nilai-nilai al-Quran
menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam
akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai-nilai qurani sebagai
upaya pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas,
maju dan mandiri.
Islam adalah
agama yang mengajarkan keterbukaan, terutama sekali dalam mengambil hikmah.
Kini sudah muncul kesadaran baru di kalangan kaum Muslim. Sebuah
gelombang peradaban baru tengah lahir, yaitu peradaban Islam yang terbuka, yang
mau belajar dari mana pun, yang tidak fanatik mazhab, yang nonsektarian, dan
yang mencintai dialog.
Secara
normatif, tujuan yang ingin dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai
al-quran dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus
dibina dan dikembangkan oleh pendidikan.
Pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, takwa dan akhlak mulia (yang
tercermin dalam ibadah dan mua’malah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam
satu kata yaitu akhlak. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi
individu dan masyarakat. Pendidikan akhlak menekankan pada sikap, tabiat dan
prilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan anak didik dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantab dan mandiri,
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini menitikberatkan pada
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada
peningkatan dan pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor ajar
(lingkungan), dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman. Faktor dasar
dikembangkan dan ditingkatkan melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir,
bersikap dan bertingkahlaku menurut norma-norma Islam. Sedangkan faktor ajar
dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan usaha membentuk
kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma Islam
seperti teladan, nasehat, anjuran, ganjaran, pembiasaan, hukuman, dan
pembentukan lingkungan serasi.
Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan, yaitu cerdas,
kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, profesional, inovatif dan produktif.
Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang
mencakup tiga poses yaitu analisis, kreativitas, dan praktis.
Upaya yang
dilakukan dalam pendidikan nilai-nilai qur’ani sudah tentu tidak cukup di
sekolah. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya adalah lembaga yang
mempunyai peran pendidikan Islam, lembaga keluarga ini menjadi perhatian utama.
Sebab, sebagai unit terkecil dari masyarakat, kualitas keluarga akan mempunyai
dampak langsung terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Karena itu keluarga
disebut lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Hal ini dapat dipahami bahwa keluarga tidak dapat
lepas dari pendidikan bahkan di siniah pertama sekali anak menerima ilmu
pengetahuan, sebelum ia mendapatkannya dari lembaga lain.
Dengan mengacu
kepada al-Quran, kita dapat mengatakan bahwa tugas manusia adalah beribadah
kepada Tuhan dalam artian umum, bukan
hanya ibadah dalam artian khusus atau mahdlah.
Adapun tugas
ibadah dalam artian khusus adalah menyembah Allah dengan cara-cara yang secara teknis telah diatur dalam sunnah. Sedangkan yag dimaksud
tugas ibadah dalam pengertian umum adalah adanya keyakinan bahwa seluruh perbuatan kita yang bersifat
horizonntal semata-mata diperuntukan bagi Allah. Oleh karena itu, menolog
sesama, menghomati orang tua, mendo’akan yang terkena musibah, serta kegiatan
lainnya merupakan ibadah kepada Allah.
Bila konsep-konsep
dasar pandangan dunia Islam diaktualisasikan dalam segenap kecanggihannya pada
berbagai tingkat masyarakat dan peradaban, maka akan dihasilkan ssuatu
infrastruktur terpadu untuk pendistribusian ilmu pengetahuan. Paling tidak,
lima konsep Islam bersangkut paut langsung dengan pendistribusian informsi: ‘adl
(keadilan), ‘ilm (ilmu pengetahuan), ‘ibadah (ibadat), khalifah
(perwalian), dan waqf (wakaf). Bila sejarah awal Islam ditela’ah, maka akan terungkap betapa kelima
konsep ini telah diberi bentuk praktis dan melahirkan suatu infrastruktur yang
sangat canggih bagi pendistribusian informasi dan ilmu pengetahuan.
2.
Aktualisasi Teologi Islam
Ketika kita
mencoba untuk melakukan upaya aktualisasi teologi Islam, persoalan yang perlu
di kedepankan adalah apa sebenarnya urgensi teologi Islam dalam wacana
pemikiran Islam. Hal ini adalah sesuatu yang niscahya karena pengetahuan
radikal akan urgensitasnya akan menjadikan upaya pembangunan teologi Islam
aktual menjadi sesuatu yang tidak bersifat artifisial.
Teologi Islam
merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang paling fundamental dalam bangunan
keislaman. Hal tersebut tidak lain karena teologi Islam sangat bersentuhan
sekali dengan aspek-aspek kaidah atau pokok-pokok keimanan manusia. Posisi dan
fungsi kaidah itu sendiri sangat urgen dalam membentuk perilaku keberagaman
dalam kehidupan setiap orang. Teologi merupakan bidang strategi sebagai
landasan upaya pembaharuan pemahaman dan pembinaan umat Islam.
Posisi strategi
yang dimiliki teologi Islam inilah yang mendorong adanya upaya aktualisasi
sebagai wujud elan vital-nya dalam merespons berbagai persoalan
keinginan. Di samping itu, adanya kesadaran bahwa Islam, yang tercakup
didalamnya aspek tauhid, adalah norma kehidupan yang sempurna yang dapat
beradaptasi dalam setiap ruang dan waktu. Firman Allah adalah abadi dan
universal yang mencakup seluruh aktivitas dari keseluruhan suasana kemanusiaan
tanpa membedakan aspek spritual atau duniawi.
Uraian diatas
setidaknya telah memberikan gambaran akan urgensitas pembentukan teologi Islam
aktual agar teologi Islam menjadi relevans dan sekaligus mengembalikan elan
vital-nya dalam menjawab problematika yang melingkupinya
Permasalahannya
sekarang adalah apakah dengan melakukan reoreintasi terhadap bangunan ilmu
teologi Islam tersebut tidak meredukasi atau menyimpangkan dari bangunan
teologi Islam yang telah establish?
Relevans dengan
pertanyaan diatas ada baiknya kita kemukakan di sini pemikiran teologi Islam
kontemporer seperti yang dijelaskan oleh Hasan Hanafi, salah seorang
intelektual muslim kontemporer. Beliau menyadari adanya perbedaan orientasi
teologi Islam masa klasik dan kontemporer, sehingga beliau mengajukan konsep
teologi Islam – ia menyebutkan ilmu ushuluddin – sebagai ilmu yang membaca
dalam kaidah atau dogma Islamiya dalam kenyataan kaum muslimin yang berupa
penjajahan, keterbelakangan, ketertindasan, kemiskinan, keterasingan,
keterpecah- belahan, dan ketidak pedulian.
Di samping itu,
ilmu ini juga membaca dalam kaidah itu sendiri kebebasan, unsur-unsur kemajuan
dan syarat-syarat kebangkitan sesuai dengan kebutuhan masa kini yang dulunya
dibangun oleh para pendahulu sebagai jawaban atas kebutuhan masa mereka.
Pada saat itu
akidah terancam akibat pertemuan dengan berbagai aliran, paham, agama dan
budaya sehingga perlu penjelasan rasional yang memungkinkan tegaknya akidah Islam
ketika berhadapan dengan serbuan dari berbagai penjuru. Problematika yang
dihadapi umat Islam sangat berbeda, yang dibutuhkan umat Islam pada masa kini
adalah persoalan kenyataan kehidupan kaum muslim.
Dunia Islam
terkenal dengan kekeyaan yang melimpah dan kemiskinan yang mengenaskan
sekaligus. Umat Islam sedang terpuruk di hadapan superioritas peradaban Barat.
Oleh karena itu, struktur bangunan keilmuan ini lebih ditekankan pada
pembahasan yang lebih beriorientasi kepada kesadaran manusia sebagai makhluk
yang berdaya melakukan perubahan.
Pada sisi lain,
agar teologi Islam mempunyai kajian yang lebih luas dan lebih relevans dengan
konteks keinginan, orientasinya sebagai sebuah ilmu perlu diubah, teologi Islam
harus dijadikan tidak lebih dari sebuah falsafah tentang teologi Islam, oleh
karenanya, usaha untuk mengembangkan teologi Islam, menjadi sesuatu yang
mungkin. Orang menjadi tidak segan lagi mempertanyakan ulang dan meninjau
kembali gagasan pemikiran yang telah dicetak para pemikir terdahulu yang nota
bane mempunyai tantangan berbeda sesuai dengan zaman yang melingkupinya
pada saat itu.
Teologi Islam,
dengan demikian, akan mempunyai ruang gerak yang luas dan mengejawantah menjadi
sebuah teologi Islam aktual, teologi Islam yang relevans dan mampu merespons
dan memberikan solusi terhadap problem-problem kikinian. Pembentukan teologi Islam
aktual yang relevans dengan berbagai persoalan kontemporer dengan demikian
dapat terwujud.
3.
Pembaruan
dalam Islam
Pembaruan
dalam Islam (modernisme Islam) dirintis
oleh Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897), dikembangkan oleh Muhammad Abduh (1849-1905) dan dilanjutkan oleh Rasyid Ridho
(1865-1935). Gerakan ini tumbuh di
Mesir, pusat intelektual Islam, berusaha menyaring kemajuan Barat dan
menyesuaikan perikehidupan umat Islam. Mereka menolak bersandar kepada kejayaan Islam masa lampau dan lebih
memilih hikmah yang ada padanya,
kemudian menghidupkannya di tengah-tengah kaum muslimin dalam
pemikiran-pemikiran politik, sosial dan agama secara langsung atau dengan tulisan-tulisan yang disiarkan
dalam majalah.
Ide-ide
dasarnya adalah sebagai berikut:
1)
Kembali pada sumber ajaran-ajaran dasar Islam yang sebenarnya.
2)
Pintu ijtihad terbuka, untuk mengadakan
pemahaman yang berasal dari sumber (Qur’an dan Hadis) yang disesuaikan dengan
kebutuhan zaman (interpretasi baru).
3)
Untuk dapat berijtihad, akal mempunyai
kedudukan yang tinggi.
4)
Percaya kepada hukum alam (natural laws,
sunatullah). Hukum alam tidak bertentangan dengan Islam yang sebenarnya,
maka ilmu pengetahuan modern yang berdasarkan hukum alam dan Islam yang
sebenarnya yang berdasarkan wahyu, tak bertentangan. Ilmu pengetahuan modern
mestinya sesuai dengan Islam. Sekarang
yang maju Barat, untuk mencapai kemajuan yang pernah dicapai pada masa lampau,
yang sekarang telah hilang dan dimiliki oleh Barat umat Islam harus kembali
mempelajari ilmu Pengetahuan.
5)
Percaya kepada kebebasan kemauan dan perbuatan
(free will and free act atau paham qadariyah)
4.
Keberhasilan
Gerakan Islam
Gerakan
Islam akan berhasil dalam merealisaskan solusi Islam, mendirikan masyarakat Islam,
dan mulai menghirup udara Islami, jika krieria
di bawah ini terpenuhi.
Ø Generasi
Islam
Pergerakan
harus mampu membentuk generasi muslim yang berpegang teguh terhadap agama.
Generasi ini merupakan penopang dan sasaran bagi pembentukan masyarakat yang Islami
yang dinantikan.
Generasi muslim
ini melengkapi karakteristik mereka dengan hal-hal sebagai berikut:
a.
Beriman secara mendalam terhadap risalah,
keluhuran tujuannya, keabsahan metodenya, dan mendukungnya.
b.
Moral keimanan, berupa pengorbanan dan
perjuangan, sikap sabar, berani dan berkorban sekuat tenaga, ikhlas dan jujur.
c.
Kesadaran yang komprehensif, yang meliputi
kesadaran terhadap risalah, terhadap Tuhan dan terhadap sikap hidup.
d. Keterikatan
yang kuat terhadap dakwah.
e.
Melaksanakan dakwah secara kontinu. Menyebarkan
dakwah dan menyerahkan pasukan-pasukan dakwah tanpa keterpaksaan, kebosanan,
kesia-siaan dan keterhentian di tengah jalan dalam kondisi apa pun.
f.
Menyebarluaskan dakwah ke segala penjuru, baik formal maupun informal, kepada rakyat maupun
militer.
g.
Hendaknya generasi ini mencakup beberapa kalangan cendekiawan,
pemimpin, pihak yang kompeten di segala bidang spesialisasi dan bidang keilmuan
seperti sastra, teori dan praktik, sehingga mereka menjadi orang-orang yang
dipercaya masyarakat.
KESIMPULAN
Islam
aktual itu adalah suatu peristiwa atau kajian Islam yang terjadi pada zaman
sekarang atau zaman modern. Islam aktual juga bisa dikatakan sebagai Islam yang
nyata atau benar-benar terjadi pada masa kini dan tercermin dari prilaku dan
tindakan pemeluknya.
Pemikiran modern muncul sebagai akibat adanya
penafsiran baru atas ayat Qur’an dan hadis Nabi yang coba disesuaikan dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan yang dibawa bangsa Barat.
Semua pemikir modern berasumsi bahwa kalau
Islam ingin survive dan berhadapan dengan pekembangan modern, ia harus
mengalami redefinisi, rekonstruksi, rektualisasi. Bagaimana mewujudkan
penafsiran yang hasilnya dapat membuat Islam bertahan dalam zaman modern ini?.
Dengan
demikian Islam aktual menitikberatkan pada perilaku atau tindakan para
pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Perkembangan zaman yang
melesat tajam menuntut para penganut Islam untuk bisa menyesuaikan diri dan
melakukan tindakan-tindakan nyata untuk mempertahankan dan memajukan eksistensi
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Qaradhawi, Yusuf, al-Hall al-Islami, Faridhatun wa Dharuratun, alih
bahasa: M. Wahid Aziz, Konsep
Islam Solusi Utama Bagi Umat,
Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004
Esha, Muhammad In’am, Teologi
Islam, Malang: UIN Malang Press, 2003
Hakim,
Atang Abd dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT
Remaja Rosolakarya, 2011
Husain,
Said Agil, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani
dalam Sistem Pendidikan Islam, Ciputat: PT Ciputat Press, 2005
Mustofa,
Imam, Ijtihad Kolektif-Integratif: Upaya Pengembangan Fiqh Mu’amalah
Kontekstual Sebagai Landasan Pengembangan Produk Lembaga Bisnis Syari’ah,
ttp: tnp, 2013
Mujtahid, “Pemikiran
Islam Empat Mazhab Indonesia: M. Amien Rais, Nurcholish Madjid, Abdurrahman
Wahid dan Jalaluddin Rahmat”, dalam http://www.uin-malang.ac.id, 13 Desember 2013
Nata, Abuddin, Metodologi Studi
Islam, Jakarta:
Rajawali Pres, 2012
--------------, Peta Keragaman
Pemikiran Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001
Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual, Bandung:
Mizan, 1991
Sardar, Ziauddin,
Information and the Muslim World: A Strategy For the Twenty-First Century, alih bahasa:
Priyono dan Ilyas Hasan, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Bandung: Mizan,
1996
Saefuddin, Didin, Pemikiran Modern dan
Postmodern Islam: Biografi Intelektual 17 Tokoh, Jakarta: PT Grasindo, 2003
Sunanto, Musyrifah,
Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012
0 komentar:
Post a Comment