Monday, 27 April 2015

Tafsir Ayat Ekonomi: ISLAM KAFFAH

PEMBAHASAN

A.      Q.S. Al-Maidah ayat 48
 “Dan kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepada Muhammad dengan membawa kebenaran. Yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu. Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki niscaya kamu di jadikan-Nya. Satu umat (saja). Tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu. Maka berlomba-lomba berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
1.      Kata Kunci
!  |=»tGÅ3ø9$#y7øs9Î)$uZø9tRr&ur
 “Dan kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an)

2.      Kandungan
Kami turunkan kepadamu, Muhammad, kitab suci yang sempurna, yaitu al-Qur'ân, yang berisikan kebenaran dalam segala hukum dan beritanya, membenarkan kitab-kitab suci Kami sebelumnya, sebagai saksi atas kebenarannya dan sebagai pengawas kitab-kitab suci yang lain, karena terpelihara dari perubahan. Maka, apabila Ahl al-Kitâb mengadukan suatu perkara kepadamu, putuskanlah menurut apa yang Allah turunkan kepadamu. Jangan mengikuti hawa nafsu dan keinginan mereka dalam mengambil keputusan, sehingga kamu menyeleweng dari kebenaran yang datang dari Kami. Tiap-tiap umat di antara kalian, wahai manusia, Kami berikan cara untuk menjelaskan kebenaran dan cara beragama yang jelas. Jika Allah berkehendak, niscaya Dia akan menjadikan kalian satu kelompok yang jalan petunjuknya tidak berbeda sepanjang masa. Akan tetapi Allah menjadikan kalian sedemikian rupa, untuk menguji pelaksanaan kalian terhadap syariat-syariat yang diberikan, sehingga dapat diketahui siapa yang taat dan siapa yang ingkar di antara kalian. Pergunakanlah kesempatan dan bergegaslah dalam berbuat kebaikan. Sesungguhnya hanya kepada Allahlah kalian akan kembali. Allah akan memberitahukan kepada kalian hakikat apa yang kalian perselisihkan. Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang di antara kalian sesuai dengan perbuatannya. [Muhammad Quraish Shihab].

Baca Juga  Alokasi Harta Menurut Ekonomi Islam

3.      Munasabah Ayat
Setelah Allah swt. menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi Musa a.s. dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa a.s. dan agar kitab tersebut ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing, maka pada ayat ini diterangkan bahwa Allah swt. menurunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw. kitab suci Alquran yaitu kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan kitab suci sebelumnya seperti kitab Taurat dan Injil.
 
Alquran adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan. Alquran adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya dan kitab suci satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu pantaslah, bahkan wajib menghukum dan memutuskan perkara putra manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah yang telah terdapat di dalamnya dan bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh Junjungan kita Nabi Muhammad saw. Tiap-tiap umat Allah diberi syariat (peraturan-peraturan khusus) dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus melaksanakannya untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap umat dan jalan yang harus ditempuhnya boleh saja berubah rubah dan bermacam-macam tetapi dasar dan landasan Agama Samawi hanyalah satu. Kitab Taurat, Injil dan Alquran, masing-masing mempunyai syariat tersendiri, di mana Allah swt. Telah menentukan hukum halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang tidak.
 
Firman Allah swt. Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan padanya, "Bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku" maka sembahlah Aku olehmu sekalian. (Q.S. Al-Anbiya': 25) 

Sekiranya Allah swt. menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan manusia hanya mempunyai satu syariat dan satu macam jalan pula yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan seperti halnya burung dan lebah, tentunya akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikitpun, karena Allah swt. Kuasa atas segala sesuatu tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah swt. menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya. Demikianlah Allah swt. menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Sebagai mana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya, untuk dapat diberi Pahala atau disiksa. Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi penutup, Rasul terakhir Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya. untuk kepentingan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.
Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa. Di sanalah nanti Alla swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. Orang-orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar dan menolak kebenaran, serta menyeleweng dari-Nya tanpa alasan dan bukti akan diazab dan dimasukkan ke dalam neraka.

4.      Kesimpulan
Alquran adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya dan kitab suci satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu pantaslah, bahkan wajib menghukum dan memutuskan perkara putra manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah yang telah terdapat di dalamnya dan bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh Junjungan kita Nab. Muhammad saw.


B.       Q.S Al-Baqarah ayat 208
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
1.      Kata Kunci
Islam               (Où=Åb¡9$#)
Keseluruhan    (p©ù!$Ÿ2)           
2.      Asbabun Nuzul
Menurut suatu riwayat, ada sekelompok kaum Yahudi menghadap kepada Rasulullah Saw hendak beriman, dan meminta agar dibiarkan merayakan hari sabtu, dan mengamalkan kitab Taurat pada malam hari. Mereka menganggap bahwa hari sabtu merupakan hari yang harus dimuliakan, dan kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan oleh Allah juga. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Surat Al-Baqarah: 208) untuk tidak mencampur baurkan agama.
Adapun yang menghadap itu ialah: Abdullah bin Salam, Tsa’labah, Ibnu Yamin, Asad dan Usaid bin Ka’b, Said bin ‘Amr, dan Qais bin Zaid.

3.      Kandungan
Memeluk dan mengamalkan Islam secara kaffah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus dilaksanakan oleh setiap mukmin, siapapun dia, di manapun dia, apapun profesinya, di mana pun dia tinggal, di zaman kapan pun dia hidup, baik dalam sekup besar ataupun kecil, baik pribadi atau pun masyarakat, semua masuk dalam perintah ini : “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh) Pada ayat yang sama, kita dilarang mengikuti jejak langkah syaithan, karena sikap mengikuti jejak-jejak syaithan bertolak belakang dengan Islam yang kaffah.
4.      Munasabah Ayat
Adapun isi seruan tersebut ialah, pertama: ادُْخلوُا فيِ الِّسلمِْ كآفةَّ (udkhulū fīs-silmi kāffatan, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan). Hampir semua penerjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris mengartikan kata السِّلمِْ (as-silmi) dengan “Islam”. Kecuali Muhammad Syakir dan Pichthal yang menerjemahkannya dengan “submission” (penyerahan diri). Al-Ashfahani dalam Mu’jam al-Mufradāt Alfāzh Alqur’an-nya menganggap kata السِّلمِْ (as-silmi) memang serumpun dengan kata ٱِلإسْلَُام (al-islām, agama Islam), tetapi, menurutnya, kata “Islam” mempunyai dua jenis makna. Satu, tanpa iman, hanya pengakuan dengan lisan, baik disertai dengan keyakinan atau tidak, tetapi dengan begitu yang bersangkutan telah menyelamatkan darahnya. Dalam pengertian inilah maksud kata Islam di ayat ini: “Orang-orang Arab itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah (kepada mereka): ‘Kalian belum beriman, tetapi katakanlah: ‘Kami telah Islam (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu….” (49:14).
Dua, disertai dengan iman, sehingga pengakuannya diikuti oleh keyakinan yang dibenarkan dengan perbuatan, lalu berserah diri kepada Allah dalam segala hal yang berkenaan dengan qadha dan qadar-Nya, sepertimana sikap Nabi Ibahim as di ayat ini: “Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab: ‘Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam’.” (2:131) dan firman-Nya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam….” (3:19), dan juga dalam doa Nabi Yusuf: “(Ya Tuhanku)… wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (12:101) Yang maksudnya: “Jadikanlah aku bagian dari golongan orang-orang yang berserah diri kepada ridha-Mu.” Bisa juga bermakna: “Jadikanlah aku aman dari tawanan setan”. Sebab bukankah Allah telah mengingatkan manusia tentang sumpah setan: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskanku sesat maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan buruk) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlas di antara mereka.” (15:39-40) dan “… Kamu tidak dapat menjadikan (manusia) mendengar, kecuali orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.” (27:81).
           
5.      Kesimpulan
Maka yang dimaksud dengan masuk Islam secara kaffah (keseluruhan) adalah benar-benar ia dengan masuknya ke dalam Islam mampu dan siap mengamalkan atas apa-apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi atas apa-apa yang dilarang oleh Allah.

C.      Q.S Adz-Zariyat ayat 56
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
1.      Kata Kunci
                      Èbrßç7÷èuÏ9w)
Melainkan supaya mereka beribadah kepada-ku


2.      Kandungan
Surat adz-dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua mahluk Allah termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah Swt agar mereka mengabdikan diri, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah Swt. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi, manusia juga mempunyai fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya, dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.
Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah artinya menyerahkan segala hidupnya hanya untuk mengabdi dan menyembah hanya kepada Allah, upaya ini dilakukan dengan mendekatkan diri kepada Allah. Untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah maka manusia dituntut untuk melakukan pengamalan syariat Allah (menjalankan syariat Islam).
Ibadah dibedakan menjadi dua, yaitu ibadah mahdah (khusus) dan ibadah ghoiru mahdah  (umum). Ibadah mahdah yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah Swt seperti : sholat, puasa, haji dan sebagainya. Tata cara ibadah ini sudah ditentukan oleh Rasulullah. Sedangkan ibadah ghoiru mahdah adalah ibadah yang berhubungan dengan pergaulan sesama manusia dan hubungan dengan lingkungan, misalnya silaturahmi, membantu saudara, bekerja, melestarikan alam, hormat kepada orang tua dan sebagainya.
Sebagai orang muslim akan menyadari bahwa hidup di dunia ini tidaklah main-main, tetapi kehidupan yang sementara ini sepenuhnya untuk mengabdi kepada Allah Swt. Sehingga dia hanya punya semboyan “ Hidup untuk beribadah”. 

3.      Munasabah Ayat
Dalam ayat yang lalu Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, mereka saling berselisih,terpecah-pecah, serta tidak sependapat antara satu dengan yang lainnya, ketika mereka berkata bahwa pencipta langit dan bumi adalah Allah SWT, akan tetapi nyatanya mereka menyembah patung dan berhala. Sebagian lagi dari mereka berkatabahwa Muhammad SAW itu seorang tukang sihir. Pada ayat berikut iniAllah SWT mengungkapkan bahwa perbuatan orang kafir Mekah itu bukanlah sesuatu yang baru. Umat-umat sebelu  mereka juga telah mendustakan nabi-nabi yang diutus kepada mereka. Maka sepantasnyalah mereka itu mendapat azab Tuhan seperti kaum Nuh , kaum Syuaib dan kaum shaleh.

4.      Kesimpulan
o   Pembangkangan kaum kafir ekah terhadap Rasullullah SAW adalah suatu hal yang biasa sebab para  Rasul sebelumnya pun telah didustakan oleh umatnya.
o   Memberikan peringatan kepada manusia berupa nasehat dan pelajaran sangat berguna dan bermanfaat terutama bagi orang-orang yang beriman .
o   Jin dan manusia dijadikan Allah semata-mata beribadah kepadanya.
o   Allah SWT tidak memerlukan bantuan karna Dia Maha Perkasa.
o   Orang yang kafir akanmnerima azab Allah SWT sebagaimana telah di janjikan Nya.




DAFTAR PUSTAKA

http//tafsir-albarru.com
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com
Mustafa, Ahmad. 1989. tafsir al maraghi. Semarang: Tahaputra
Nurcholis. 1997.  Asbabun Nuzul. Surabaya: Pustaka Anda


Sunday, 26 April 2015

Makalah Filsasat Umum Silogisme

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dalam kehidupan sehari-hari dan disegala aktivitasnya tidak pernah lepas dari proses berfikir di mana di dalamnya ada proses berfikir secara logis. Dalam berfikir/bernalar manusia selalu mengeksplisitkan apa yang mereka pikirkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau bahasa yang juga dapat disebut dengan Logika. Ilmu Logika ini mempelajari mengenai kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Berpikir secara logis adalah berpikir secara rasional atau masuk akal yang dinyatakan dalam pernyataan-pernyataan tertentu dan diwujudkan kedalam suatu tindakan.
Hal yang sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk melahirkannya adalah silogisme. Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut, kebenaran  pendirian atau pernyataan itu tadi.
Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau, ada juga sebagian orang yang mengatakan atau menganggap percuma mempelajari seluk beluk silogisme. Tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang yang dapat mengungkapkan pikirannya dalam bentuk silogisme.

B. RUMUSAN MASALAH
            Apakah silogisme persamaan dan perbedaan dengan dialektika?

C. TUJUAN
1.   Penulisan makalah silogisme ini betujuan agar dapat mengetahui Pengertian silogisme, bagian-bagian silogisme, hukum silogisme dan bentuk-bentuk silogisme.
2.   Dengan adanya makalah ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan
ilmu pengetahuan kepada para pembaca khususnya dan rekan-rekan
serta pada generasi penerus bangsa ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN SILOGISME
Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum. Silogisme merupakan suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal) suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya. Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di susun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Contoh:
Keputusan 1             Semua makhluk mempuyai mata,
Keputusan 2             Reni adalah seorang mahluk
Kesimpulan              Jadi Reni mempuyai mata.

Pada contoh diatas kita melihat adanya persamaan antara keputusan pertama dengan keputusan kedua yakni sama-sama mahkluk dan salah satu dari keduanya universal (Keputusan pertama) oleh karena itu nilai kebenaran dari keputusan ketiga sama dengan nilai kebenaran dua keputusan sebelumnya. Kesimpulan yang diambil bahwa Si Reni mempuyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini harus di kembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar.
Dengan demikian maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Dan ketika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak di penuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif, Argumentasi matematik seperti: a sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a sama dengan c hal ini merupakan penalaran deduktif, Kesimpulan yang berupa pengetahuan baru bahwa a sama dengan c pada hakekatnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya, melainkan sekedar konsekwensi dari dua pengetahuan yang sudah kita ketahui sebelumnya, yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c.
                                    
B. BAGIAN-BAGIAN SILOGISME
  1. Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya disebut premis mayor. Premis mempuyai arti kalimat yang di jadikan dasar penarikan kesimpulan, ada juga yang mengatakan premis adalah kata-kata atau tulisan sebagai pendahulu untuk menarik suatu kesimpulan atau dapat juga diartikan sebagai pangkal pikiran. Mayor artinya besar. Primis mayor artinya pangkal pikir yang mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi predikat dalam konklusi (kesimpulan)
  1. Bagian kedua adalah keputusan kedua, yang umumnya di sebut dengan premis minor. Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor (Kecil) dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi subjek dalam konklusi.
  1. Bagian ketiga adalah keputusan ketiga yang disebut konklusi atau kesimpulan, adalah merupakan keputusan baru (dari dua keputusan sebelumnya) yang mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor, juga benar dalam term minor.
Bila dirumuskan secara matematis sebagai berikut:
a.       Keputusan 1: (M=P)  
Semua manusia bernapas dengan paru-paru   (Premis Mayor)
b.      Keputusan 2: (S=M)  
Mahasiswa adalah manusia                             (Premis Minor)           
c.       Keputusan 3: (S=P)    
Mahasiswa bernapas dengan paru-paru          (Kesimpulan)


C.  HUKUM SILOGISME
Hukum silogisme ada delapan yaitu empat yang mengenai proposisi dan empat yang mengenai term.
1.    Setiap silogisme harus terdiri dari tiga keputusan.
2.    Salah satu dari premisnya harus positif. Sebab dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik konklusi. Jika dua premisnya positif maka konklusinya harus positif, sebab konklusi mengikuti premisnya. Jika salah satu dari premisnya negatif maka konklusinya harus negatif.
3.    Jika salah satu dari premisnya partikular maka konklusinya harus partikular. Tetapi jika dua premisnya universal maka belum tentu konklusinya universal.
4.    Jika premis mayornya partikular dan premis minornya negatif maka tidak dapat ditarik konklusi.
5.    Setiap silogisme harus terdiri dari tiga term, term minor dan term menengah, term bukan perkataan tetapi pengertian.
6.    Term medium boleh muncul dalam konklusi karena term medium hanya merupakan perantara saja atau tempat perbandingan dari term minor dan term mayor.
7.    Term medium harus distributed pada salah satu premisnya agar tidak terjadi empat term. (misal: Semua Rusa dapat berlari, semua Rusa adalah term distributed karena mencakup semua Rusa. Dapat berlari adalah term undiostributed karena yang dapat berlari bukan hanya rusa).
8.    Term yang distributed pada konklusi harus distributed pada premis yang terdahulu. Term-term dalam konklusi harus lebih kecil extensinya dari term-term dalam premis.

D.  BENTUK SILOGISME

Silogisme dibedakan menurut bentuknya, berdasarkan pada kedudukan term tengah (M) di dalam proposisi. Terdapat empat bentuk silogisme, yaitu:  
1. Bentuk I
Term tengah (M) berkedudukan sebagai subyek di dalam premis mayor, dan berkedudukan sebagai predikat dalam premis minor.
Maka bentuknya adalah :
M=P  
S=M
S=P

S : Term Mayor Misal                : Kantor Pajak
P : Term Minor Misal                : Pelayan Publik
M : Term Tengah Misal             : birokrasi
Contoh:
Premis Mayor (M=P)     : Semua birokrasi adalah pelayan publik
Premis Minor (S=M)      : Kantor pajak adalah birokrasi
Silogisme (S=P)             : Kantor pajak adalah pelayan publik

2. Bentuk II :
Term tengah (M) berkedudukan sebagai predikat baik, di dalam premis mayor maupun di dalam premis minor.
Maka bentuknya adalah:
P=M  
S=M
S=P

Contoh:
Premis Mayor (P=M)     : Semua pelayan public adalah aparatur birokrat
Premis Minor (S=M)      : Zahra adalah aparatur birokrat
Silogisme (S=P)             : Zahra adalah pelayan publik

3. Bentuk III :
Term tengah (M) berkedudukan sebagai subyek, baik di dalam premis mayor maupun di dalam premis minor.
Maka bentuknya adalah :
M=S  
M=P
S=P
Contoh:
Premis Mayor (M=S)     : Pembuat kebijakan adalah administrator publik
Premis Minor (M=P)      : Pembuat kebijakan adalah pelayan publik
Silogisme (S=P)             : Administrator public adalah pelayan publik

4. Bentuk IV :
Term tengah (M) berkedudukan sebagai predikat di dalam premis mayor, dan berkedudukan sebagai subyek dalam premis minor.
Maka bentuknya adalah :
S=M  
M=P
S=P
Contoh:
Premis Mayor (S=M)     : semua koruptor adalah orang tidak beretika.
Premis Minor (M=P)      : orang yang tidak beretika adalah pelaku kejahatan  publik
Silogisme (S=P)             : semua koruptor adalah pelaku kejahatan publik

            Dari masing-masing bentuk ini jika diterapkan dengan perubahan kualitas dan kuantitas dari premis-premisnya akan timbul 16 macam kemungkinan bentuk silogisme baru. Sehingga bentuk silogisme ada 4x16 = 64 macam. Namun bentuk silogisme yang benar harus sesuai dengan hukum silogisme sebagai mana diterangkan di muka. Dari 64 bentuk silogisme yang mungkin timbul hanya 19 macam yang ternyata sesuai dengan syarat-syarat (hukum silogisme) yang dikehendaki oleh silogisme, yaitu sebagai berikut:

Bentuk 1    
a.       M(a)P              Semua M adalah P
                   S(a)M              Semua S adalah M
                   S(a)P               Semua S adalah P
b.      M(e)P              Tak satupun M adalah P
S(a)M              Semua S adalah M
S(e)P               Tak satupun S adalah P
c.      M(a)P              Semua M adalah P
S(i)M               Sebagian S adalah M
S(i)P                Sebagian S adalah P
d.     M(e)P              Tak satupun M adalah P
S(i)M               Sebagian S adalah M
S(o)P               Sebagian S bukanlah P
     Bentuk 2
a.    P(e)M              Tak satupun P adalah M
S(a)M              Semua S adalah M
S(e)P                Tak satupun S adalah P
b.    P(e)M              Tak satupun P adalah M
     S(i)M               Sebagian S adalah M
     S(o)P               Sebagian S bukanlah P
c.    P(a)M              Semua P adalah M
S(e)M              Tak satupun S adalah M
S(e)P                Tak satupun S adalah P
d.   P(a)M              Semua P adalah M
     S(o)M              Sebagian S bukanlah M
     S(o)P               Sebagian S bukanlah P
Bentuk 3   
a.      M(a)P              Semua M adalah P
M(a)S              Semua M adalah S
S(i)P                Sebagian S adalah P
b.      M(e)P              Tak satupun M adalah P
M(a)S              Semua M adalah S
S(o)P               Tak satupun S adalah P
c.      M(a)P              Semua M adalah P
M(i)S               Sebagian M adalah S
S(i)P                Sebagian S adalah P
d.     M(i)P               Sebagian M adalah P
M(a)S              Semua M adalah S
S(o)P               Sebagian S bukanlah P
e.      M(e)P              Tak satupun M adalah P
M(i)S               Sebagian M adalah S
S(o)P               Sebagian S bukanlah P
Bentuk 4
a.    P(a)M              Semua P adalah M
                        M(a)S              Semua M adalah S
                        S(i)P                Sebagian S adalah P
b.    P(i)M               Sebagian P adalah M
                                    M(a)S              Semua M adalah S
                                    S(i)P                Sebagian S adalah P
c.    P(a)M              Semua P adalah M
     M(e)S              Tak satupun M adalah S
     S(e)P                Tak satupun S adalah P
d.   P(e)M              Tak satupun P adalah M
                        M(a)S              Semua M adalah S
                        S(o)P               Sebagian S bukanlah P
e.    P(e)M              Tak satupun P adalah M
     M(i)S               Sebagian M adalah S
     S(o)P               Sebagian S bukanlah P                       
    
                   



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan, menggolongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah. Dengan demikian kita belajar berfikir tertib, jelas, tajam. Ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau pernyataan yang telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi penerus, proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka, tertib dan jelas.





DAFTAR PUSTAKA

Jalil, mat. Mantiq/Logika: Berfikir Logis. Lampung: CV. Citra Rafitama Production.
http://madib.blog.unair.ac.id, 25/10/2013, 14.05.
Mundiri, H. 1994. Logika. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.



luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com